-->

Pendekatan Fenomenologi dalam Memahami Ajaran Agama Islam

fikriamiruddin.com - Richard C. Martin mengungkapkan bahwa meskipun sejarah mengenai agama-agama telah ditulis, fungsi dan peran informasi ilmiahnya dari sudut pandang sosiologi pengetahuan belum dikaji secara mendalam. Pada pertengahan kedua abad ke-19 ketika kajian ilmiah mengenai agama-agama memperoleh status independen di fakultas-fakultas Eropa, merupakan periode di mana kajian agama-agama dianggap mapan dan independen.

Agama Islam

Di Belanda dan Skandinavia, muncul mazhab yang dikenal dengan fenomenologi agama. Pendekatan fenomenologis -yang diilhami oleh Edmund Husserl- berupaya untuk memperoleh esensi keberagamaan manusia. Pendekatan fenomenologis ini dilahirkan oleh sekelompok orang yang memiliki perhatian terhadap kajian agama di Eropa pada perempat terakhir abad ke-19. Pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk mendekati agama secara ilmiah, sebagai fenomena sejarah yang paling penting dan universal.

Dalam konteks Amerika Utara, kerja fenomenologi ini biasa dikenal dalam rubrik perbandingan agama (comparative religion) atau sejarah agama-agama (history of religion). Pendekatan fenomenologis ini sulit diberikan pengertian. Charles J. Adams memberikan dua hal yang diperlukan untuk memahami pendekatan fenomenologis. Pertama, fenomenologi diartikan sebagai metode memahami agama orang lain dengan cara menempatkan diri pada posisi netral.

Fenomenologi digunakan untuk menerapkan metode dalam meletakkan pandangan subjektif peneliti. Kedua, sebagai konstruksi dalam mengklasifikasi fenomena dengan melintasi batas-batas komunitas agama, budaya, dan zaman. Intinya adalah mencari esensi, makna dan struktur pengalaman keagamaan manusia secara keseluruhan. Dalam pengalaman keberagamaan manusia ada esensi yang irreducible dan itulah struktur fundamental manusia beragama.

Prestasi besar pendekatan fenomenologis adalah adanya keniscayaan pandangan bahwa norma dari semua kajian mengenai agama adalah pengalaman kaum beriman sendiri. Oleh karenanya, kepentingan dasar yang menjadi soal fenomenologi ini adalah terkait dengan pertanyaan apa yang telah dialami, dirasakan, dikatakan, dan dilaksanakan oleh orang beragama itu sendiri, terutama pengalaman-pengalaman yang bermakna bagi pemeluknya.

Baca Juga: Pengalaman Batin dan Praktik Perilaku dalam Kajian Islam

Dengan demikian, tujuan dari kajian fenomenologi adalah untuk menjelaskan makna-makna sehingga memperjelas apakah ritus, seremoni, doktrin atau reaksi sosial itu mengandung arti bagi pelakunya dalam peristiwa keagamaan. Selain itu, fenomenologi menghendaki agar untuk memberi makna terhadap fenomena keagamaan secara memadai, maka seorang peneliti dituntut berpikir secara komprehensif.

Kajian fenomenologi berupaya untuk memahami makna keagamaan yang ada dalam pemeluknya dengan menganalisa. Ia merupakan pendekatan yang memiliki sikap terbuka dan empati (open and empathetic approaches). Pendekatan fenomenologis berupaya untuk memanifestasikan agama melalui metode deskripsi murni, di mana penilaian peneliti mengenai nilai dan kebenaran ditangguhkan (epoche).

Berikutnya objek ditangkap esensinya (eidetic vision), agama tidak dipandang sebagai satu tahapan dalam sejarah evolusi, namun lebih sebagai aspek hakiki dari kehidupan manusia (essenstial aspect of human life), keragaman ekspresi perilaku keagamaan manusia dipilih dan disaring. Komponen metodologi terpenting dalam kajian fenomenologi adalah das Vestehen, karya W. Dilthey.

Suatu istilah teknis yang berarti pemahaman mengenai gagasan, intensi dan perasaan orang/masyarakat melalui manifestasi-manifestasi empirik dalam kebudayaan. Metode Vestehen mengandaikan bahwa manusia di seluruh masyarakat dan lingkungan sejarah mengalami kehidupan yang bermakna (meaningfull) dan mengungkapkan makna itu dalam pola-pola yang dapat dilihat (discernible patterns).

Baca Juga: Perlunya Ilmu Sosial dalam Memahami Ajaran Agama Islam

Sehingga dapat dianalisis (can be analyzed) dan dipahami (understood). Maka berpikir fenomenologis harus memiliki dua kaki; the comprehension of ideas, intentions, feeling of people, dan the empirical manifestation of culture.

Mungkin cukup sekian pembahasan kali ini, silahkan baca juga: Peran Ilmu Sosial dalam Memahami Islam. Terima kasih banyak dan semoga bermanfaat.

0 Response to "Pendekatan Fenomenologi dalam Memahami Ajaran Agama Islam"

Posting Komentar

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel