-->

Perbedaan Paham di Kalangan Umat Islam

fikriamiruddin.com - Pada masa Nabi Muhammad Saw, segala persoalan mengenai umat Islam selalu dikembalikan kepadanya, sebagai rujukan umat Islam, sehingga segala perselisihan yang terjadi di antara umat Islam segera bisa diselesaikan. Setelah Nabi wafat, umat Islam mulai ada perselisihan. Perselisihan itu terjadi lantaran diawali mengenai persoalan penentuan siapa yang berhak mengganti posisi kepemimpinannya.

Islam

Ada kelompok yang mengungkapkan bahwa sebelum Nabi wafat, Nabi sudah berwasiat mengenai penggantinya. Wasiat itu disampaikan oleh Nabi di suatu tempat bernama Ghadir Khum. Kelompok ini disebut dengan kelompok Syi’ah. Sedangkan kelompok lain mengungkapkan bahwa ia tidak pernah menentukan penggantinya, sehingga mereka bermusyawarah di Tsaqifah Bani Sa’adah untuk memilih pengganti Nabi. Kelompok ini dikenal dengan kelompok Sunni.

Pada masa Abu Bakar al-Shiddiq, tidak ditemukan banyak persoalan dalam tubuh umat Islam, kecuali pada persoalan kaum pembangkang yang enggan untuk membayar zakat (mani’al-zakah). Persoalan ini berhasil diselesaikan dengan baik oleh Abu Bakar al-Shiddiq. Pada masa Umar bin al-Khattab, hampir tidak ada persoalan politis yang muncul, sehingga beliau bisa melakukan banyak pembaruan di bidang keagamaan dan pemerintahan.

Namun, pada masa Utsman bin Affan, umat Islam mulai terpecah secara politis, antara pendukung Utsman dan kaum pembelot yang menilai Utsman tidak adil lantaran melakukan nepotisme, di mana banyak mengangkat pejabat dari kalangan kerabat. Perpecahan menjadi semakin tajam pada masa Ali bin Abi Thalib, di mana umat Islam terpecah menjadi dua kubu, pendukung Ali bin Abi Thalib dan pendukung Mu’awiyyah bin Abi Sufyan.

Perang antara keduanya diatasi dengan damai yang dikenal arbitrase (tahkim). Metode damai dengan cara tahkim ini mengecewakan beberapa pendukung Ali, sehingga mereka menyatakan keluar dari barisan Ali dan berbalik menyerang mereka yang menyetujui proses tahkim dengan sebutan kafir. Kelompok ini dikenal dengan nama Khawarij.

Pada zaman pertengahan, perselisihan antara umat Islam terjadi di antara para pengikut mazhab fikih. Mereka disibukkan oleh kegiatan pembelaan dan penguatan mazhab yang dianutnya, bahkan cenderung beranggapan bahwa mazhabnya adalah yang paling benar, dan berdampak pada munculnya budaya taqlid di kalangan umat Islam.

Baca Juga: Berbagai Macam Akhlak Tercela yang Perlu Diketahui

Berikutnya ketika periode modern, umat Islam berhadapan dengan kekuatan Barat. Ekspedisi Napoleon di Mesir memperkenalkan ilmu pengetahuan dengan membawa 167 ahli dalam berbagai cabang ilmu. Dia membawa dua set alat percetakan huruf Latin, Arab, dan Yunani. Ekspedisi itu bukan hanya membawa misi militer, namun juga misi ilmiah. Napoleon membentuk lembaga ilmiah yang disebut dengan Institut d’ Egypte.

Lembaga itu memiliki empat bidang kajian di antaranya ilmu pasti, ilmu alam, ilmu ekonomi dan politik, serta ilmu sastra dan seni. Selain itu, diterbitkan juga majalah ilmiah yang bernama Courrier d’Egypte. Ide-ide baru yang diperkenalkan oleh Napoleon di Mesir adalah sistem negara republik yang kepala negaranya dipilih untuk jangka waktu tertentu, persamaan (egalite), dan paham kebangsaan (nation).

Para pemuka Islam pun mulai berpikir dan mencari jalan keluar untuk mengembalikan kejayaan umat Islam di tengah persoalan modern. Maka muncul gerakan pembaruan yang dilakukan di berbagai negara, seperti Turki dan Mesir. Gagasan-gagasan pembaruan itu kemudian diserap di berbagai negeri Muslim, termasuk di Indonesia.

Berdasarkan beberapa uraian di atas, bisa dipahami bahwa agama lahir dari dan dalam realitas sosial tertentu. Tingkat akomodasi dan apresiasinya terhadap realitas sosial di sekitarnya begitu kuat, sehingga dalam berbagai fenomena keagamaan bisa ditemukan adanya keterkaitan antara agama dan budaya yang cukup erat. Hal ini terjadi lantaran dua hal. Pertama, bahwa tidak semua nilai dan prinsip budaya lokal itu bertentangan dengan doktrin dan ajaran keagamaan.

Bahkan sebaliknya, banyak yang sesuai, sehingga budaya menjadi layak untuk diakomodasikan ke dalam agama. Kedua, bahwa dengan mengakomodasi nilai budaya lokal, sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip dasar ajaran agama tersebut, akan mempermudah usaha sosialisasi agama tersebut. Sebab, sesuatu yang asing akan lebih mudah diakomodasi oleh masyarakat setempat jika ia telah lama dikenal dan akrab dengan masyarakat tersebut.

Dari sinilah agama kemudian berusaha tampil dalam wajahnya yang ramah, lunak, dan bersahaja di balik budaya dasar yang dianut oleh sebuah masyarakat. Dalam hal ini, bisa dipahami bahwa semenjak Nabi wafat, segala persoalan dalam masyarakat Islam menjadi tidak bisa terselesaikan secara sepakat. Banyak perbedaan pendapat antara umat Islam mengenai beberapa hal yang berkaitan dengan kehidupan mereka.

Maka terbentuklah aliran-aliran pemikiran yang beragam dan sama-sama menyadarkan pemikirannya kepada al-Qur’an dan Sunnah Nabi. Dalam artian, bahwa Islam yang diturunkan di tengah-tengah bangsa Arab telah diadopsi oleh masyarakat non-Arab dengan kultur yang berbeda, sehingga dalam memahami ajaran Islam masing-masing dari mereka memiliki corak perbedaan.

Baca Juga: Berbagai Macam Akhlak Terpuji yang Perlu Diketahui

Perbedaan itu mengakibatkan muncul banyak corak Islam, ada Islam Iran, Islam Indonesia, Islam Afrika, dan lain sebagainya. Masing-masing varian mempresentasikan dimensi budayanya sesuai dengan interpretasi mereka terhadap ajaran Islam. Persoalan masyarakat terus berkembang, maka pemahaman mengenai Islam juga ikut berkembang. 

Di antara beberapa faktor yang mendorong terjadinya perkembangan itu adalah globalisasi, perpindahan penduduk (migrasi), revolusi IPTEK, perkembangan pendidikan, kesadaran yang bertambah mengenai harkat dan martabat manusia, hubungan antaragama yang semakin dekat, munculnya konsep negara bangsa yang berakibat pada kesamaan hak dan kewajiban warga negara di hadapan negara, pengarusutamaan dan keadilan gender dan lain sebagainya.

Kini, dengan segala persoalan politik dan sosial, kemudian muncul beragam kelompok. Ada yang memahami teks secara tekstual dan berpegang teguh pada perilaku salaf sahih, ada yang tunduk pada tuntunan modernitas dan ada pula yang berpijak di tengah antara salaf dan kondisi kekinian.

Mungkin cukup sekian pembahasan kali ini, silahkan baca juga: Ruang Lingkup Akhlak Sebagai Pokok Ajaran Islam. Terima kasih banyak dan semoga bermanfaat.

0 Response to "Perbedaan Paham di Kalangan Umat Islam"

Posting Komentar

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel