-->

Pengertian dan Sejarah Perkembangan Studi Islam

fikriamiruddin.com - Pengantar studi Islam sebenarnya adalah mata kuliah dasar yang diajarkan hampir di semua Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) dengan harapan bahwa mahasiswa dapat bersikap toleran dan terbuka terhadap pemahaman keislaman yang beragam. Oleh karena itu, secara etimologis, studi Islam merupakan terjemahan dari bahasa Arab yakni dirasah Islamiyah. Dalam kajian Islam di Barat, studi Islam disebut sebagai Islamic studies.

Islam

Karena itu, studi Islam adalah kajian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan keislaman. Tentu saja makna ini cukup umum, lantaran segala sesuatu yang berkaitan dengan Islam dikatakan sebagai studi islam. Karena itu, perlu ada spesifikasi pengertian terminologis mengenai studi Islam terkait hal ini, yakni memahami dengan menganalisis secara mendalam hal-hal yang berkaitan dengan agama Islam, pokok-pokok ajaran Islam, sejarah Islam, maupun realitas pelaksanaannya dalam kehidupan.

Dalam mempelajari beberapa dimensi dari agama Islam diperlukan metode dan pendekatan yang secara operasional konseptual dapat memberikan pandangan bahwa Islam itu cukup luas. Tentu saja untuk menemukan dan menguji pendekatan-pendekatan tersebut dilakukan melalui sebuah penelitian ilmiah. Penelitian merupakan upaya sistematis dan objektif untuk mempelajari suatu masalah dan menemukan prinsip-prinsip universal.

Selain itu, penelitian juga berarti upaya pengumpulan informasi yang bertujuan untuk menambah pengetahuan. Penelitian agama bukanlah meneliti hakikat agama dalam arti wahyu, melainkan meneliti manusia yang menghayati, meyakini, dan memperoleh pengaruh dari agama. Dalam artian, penelitian agama bukan meneliti kebenaran teologis atau filosofis, namun bagaimana agama itu ada dalam kebudayaan dan sistem sosial dengan berdasarkan pada fakta atau realitas sosial-budaya.

Dalam bahasa ilmiahnya, dikenal dengan mengkaji Islam secara scientific. Untuk melakukan suatu penelitian, dibutuhkan sebuah metode. Ilmu yang mempelajari metode itu disebut dengan metodologi. Jadi, dalam studi Islam juga akan dikaji mengenai metode-metode, pendekatan-pendekatan, yang digunakan dalam melakukan penelitian terhadap beberapa hal yang berkaitan dengan Islam.

Tentu saja, dalam memahami Islam tidak dapat dengan melalui pendekatan ilmu pasti, yang data dan hasilnya adalah pasti, lantaran ia terkait dengan pemahaman seseorang, yang tidak dapat diukur dengan ilmu pasti.

Baca Juga: Perspektif yang Digunakan untuk Memahami Teologi Islam

Sejarah Perkembangan Studi Islam

Studi Islam sebagai sebuah disiplin, sebenarnya sudah dimulai sejak zaman dahulu. Studi ini memiliki akar yang kokoh di kalangan sarjana muslim dalam tradisi keilmuan tradisional. Mereka telah mengupayakan interpretasi mengenai Islam dan hal ini terus berlanjut hingga saat ini. Ketika terjadi kontak antara orang Kristen dan orang Islam, studi Islam mulai memasuki wilayah Kristen Eropa pada masa pertengahan.

Pada masa ini, kajian lebih diwarnai oleh tujuan polemik lantaran Islam dipahami oleh kalangan orientalis dengan pemahaman yang tidak layak. Meskipun demikian, kontak dan ketegangan antara Islam dan Barat pada akhirnya menemukan titik di mana studi Islam memperoleh manfaat besar dari perkembangan metodologi dan kajian ilmiah di Barat. Dalam dua dekade terakhir ini, semakin tumbuh kesadaran akan pentingnya sebagai pendekatan ilmiah dalam bidang Islamic studies dan perhatian akan persoalan yang dihasilkan dari berbagai pendekatan ini.

Dalam setiap pendekatan dijumpai kemungkinan-kemungkinan metode tertentu yang lebih kritis dan aplikatif daripada metode lainnya. Pendekatan dan metode yang digunakan sangat tergantung pada apa yang ingin diketahui dan jenis data yang akan diakses. Karena itu, dalam Islamic studies terdapat multiplisitas pendekatan dan metode yang saling melengkapi dan mengisi secara kritis komunikatif.

Sebagai contoh, dalam studi mengenai data keagamaan, seperti al-Qur’an, teks-teks klasik dan interpretasi mengenai makna-makna keagamaan, meskipun pendekatan dan metode yang digunakan sama, kesimpulan ilmiahnya bisa berbeda, lantaran ada sensibilitas yang berbeda antara satu peneliti dengan peneliti lainnya. Jika dilacak, sejarah pertumbuhan studi Islam dapat dilihat pada abad ke-19, di mana kajian Islam pada masa ini lebih menekankan pada tradisi filologi.

Para pengkaji di bidang ini adalah dari kalangan pakar bahasa, ahli teks-teks kunci klasik, yang melalui bahasa dan teks klasik itu mereka dapat memahami gagasan-gagasan dan konsep-konsep utama yang membentuk umat Islam, tanpa memahami konteks. Pendekatan filologis menekankan pada bahasa dan teks. Para pengkaji bidang ini adalah dari kalangan pakar bahasa, ahli teks-teks kunci klasik, yang melalui bahasa dan teks klasik itu mereka dapat memahami gagasan-gagasan dan konsep-konsep utama yang membentuk umat Islam, tanpa memahami konteks.

Namun, kajian Islam melalui pendekatan filologi ini memiliki keterbatasan, di antaranya adalah penekanannya yang eksklusif terhadap teks. Dunia Islam kemudian dipahami melalui cara tidak langsung, tidak dengan melakukan penelitian mengenai kehidupan muslim yang ada di dalam masyarakatnya, namun melalui prisma teks, yang umumnya teks-teks itu berasal dari tradisi intelektual klasik milik Islam.

Kajian tersebut berfokus pada tulisan-tulisan muslim, bukan pada muslimnya sendiri. Inilah yang menyebabkan para filolog dan orientalis banyak melakukan kesalahan dalam memahami makna data keagamaan. Meskipun demikian, pendekatan ini sangat membantu dalam membuka kekayaan daftar materi keislaman dari dokumen-dokumen lama, karena melakukan studi terhadap Islam tanpa menguasai bahasa Arab adalah sebuah kemustahilan.

Pada masa berikutnya, para pengkaji mulai menyadari kelemahan kajian filologi ini, sehingga kemudian muncullah kajian sains. Para penganjur pendekatan kedua ini berpendapat bahwa kajian mengenai masyarakat harus diupayakan melalui metode-metode sains seperti yang dipahami oleh ilmuwan sosial. Pendekatan ini berdasarkan pada sebuah keyakinan bahwa semua masyarakat akan mengalami proses perkembangan historis.

Baca Juga: Isu Kontemporer tentang Teologi Islam

Pendekatan tersebut juga memiliki kelemahan, di antaranya adalah perhatian yang lebih pada fungsi daripada bentuk-bentuk atau makna atau muatan kultural dari institusi sosial. Jadi, kelompok ini mencoba mencari jalan pintas. Makna dan muatan kultural dari institusi sosial tidak relevan dan dikesampingkan. Bagi kelompok ini, masyarakat bukanlah sistem makna, melainkan mesin sosial.

Kelemahan kedua dari pendekatan tersebut adalah terlalu mengesampingkan keunikan masyarakat, menyamakan semua masyarakat di dunia yang berjalan di atas rute sama, yakni menuju modernitas. Dari kekurangan-kekurangan yang dimiliki oleh dua pendekatan tersebut, tampak jelas akan perlunya suatu pendekatan lain yang dapat menghindari keterbatasan dari masing-masing pendekatan tersebut, bahkan mengombinasikan dan mengembangkan lebih jauh kekuatan keduanya.

Maka kemudian muncullah pendekatan lain yang dimunculkan oleh para pengkaji Islam, baik dari Timur maupun Barat, seperti pendekatan fenomenologi dan lain sebagainya.

Mungkin cukup sekian pembahasan kali ini, silahkan baca juga: Pandangan tentang Akal dan Wahyu dalam Teologi Islam. Terima kasih banyak dan semoga bermanfaat.

0 Response to "Pengertian dan Sejarah Perkembangan Studi Islam"

Posting Komentar

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel