-->

Tren Minum Kopi dan Dampak yang Ditimbulkan

fikriamiruddin.com - Sebagai penikmat kopi, saya mengamati akhir-akhir ini aktivitas minum kopi menjadi tren yang semakin diminati, terlebih bagi kaum muda. Hal ini berbanding lurus dengan menjamurnya berbagai kedai kopi dan angkringan di Indonesia.
Tren Minum Kopi dan Dampak yang Ditimbulkan

Terlepas dari sebuah tren, sebenarnya minum kopi adalah aktivitas yang lumrah dilakukan sedari dulu. Hal ini didukung dengan kondisi geografis dan historis Indonesia yang akrab dengan prinsip komunal (baca: berkumpul).

International Coffee Organitation (ICO) mencatat bahwa pada tahun 2000, konsumsi kopi di Indonesia mencapai 1,68 juta bungkus, namun pada 2016 telah mencapai 4,6 juta bungkus, dalam artian ada peningkatan tajam, yakni mencapai 174 persen.

Bagi sebagian kita pasti berita ini terdengar baik, namun dalam realitanya berita ini bukan berarti berita baik bagi masyarakat atau petani kopi. Hal itu lantaran berita ini menunjukkan adanya aktivitas abnormal dalam ekonomi kopi.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa daerah perkebunan kopi seperti Lampung, Aceh, Jawa Tengah, Bali, Jawa Timur, dan lain sebagainya, sebagian besar lahan-nya sudah dimiliki oleh perusahaan kopi raksasa.

Selain monopoli kopi, dampak paling nyata dalam meningkatnya tren minum kopi ini adalah produksi sampah pembungkus kopi. Berdasarkan hasil riset yang ditayangkan indopost.id, Indonesia menghasilkan 2,13 juta ton sampah plastik termasuk kemasan kopi.

Cobalah mampir ke warung-warung kopi yang ada di sekitar tempat tinggal kita. Bisa dipastikan mayoritas warung kopi ini menyediakan kopi instan sachet yang diproduksi oleh perusahaan kopi raksasa.

Hal itu bukan tanpa alasan, kemudahan dan waktu yang dibutuhkan dalam meracik kopi adalah salah satunya. Banyak pemilik warung kopi yang ada di sekitar kita yang mulai malas membeli kopi mentah lalu mengolahnya sendiri.

Baca Juga: Tips Meminimalisir Sampah Saat Mendaki Gunung

Kita baru membahas kopi dalam industri pabrik dan warung kecil, belum lagi kedai-kedai kopi khas kalangan menengah ke atas yang semakin menjamur. Berdasarkan artikel yang ditayangkan wartakota.tribunnews.com, pada tahun 2018 sudah ada sekitar 1.500 kedai kopi yang terdaftar di daerah Jakarta.

Jumlah tersebut belum termasuk kedai kopi yang belum terdaftar serta franchise kedai kopi yang menyediakan take away dengan kemasan plastik.

Mari kita bayangkan jika para khalayak muda ini terbiasa mengonsumsi kopi dengan kemasan plastik ada berapa banyak sampah plastik-nya?

Katakanlah Starbucks kedai kopi paling fenomenal itu, jika ada sekitar 500 orang yang membeli kopi di Starbucks dengan kemasan gelas plastik yang menjadi ciri khasnya itu setiap harinya, kita bisa membayangkan berapa banyak sampah yang dihasilkan hanya dari satu kedai kopi.

Padahal, sudah menjadi kewajiban kita sebagai manusia untuk mempunyai kesadaran ekologi, karena mau tidak mau kitalah yang setiap harinya pasti berhubungan dengan alam dan berkewajiban menjaga kelestarian-nya.

Jika tren minum kopi justru mengorbankan lingkungan hidup, menurut saya lebih baik tidak usah ada tren minum kopi dan hentikan industri yang berhubungan dengan kopi. Kecuali jika industri kopi mendukung terciptanya konsep bisnis ramah lingkungan.

Belajar dari Kamikatsu, sebuah kota kecil di Jepang, pada tahun 2003 mendeklarasikan Zero Waste Movement, disebabkan oleh pencemaran lingkungan parah yang membuat rusaknya ekosistem di sana.

Hal itu kemudian mendorong pemerintah bergerak cepat dan mengesahkan regulasi untuk mengelola sampah dan limbah masyarakat dengan lebih baik. Dalam hal ini pemerintah secara aktif mengajak masyarakat menjalankan program.

Dengan keterlibatan masyarakat yang besar, Zero Waste Movement tersebut masih dijalankan secara masif hingga saat ini.

Baca Juga: Jangan Meninggalkan Apapun Kecuali Jejak

Dalam realitanya, memang sulit bagi pengelola bisnis untuk sepenuhnya menjalankan bisnis yang ramah lingkungan. Hal tersebut lantaran problem lingkungan sudah terlalu kompleks, ketika muncul satu solusi belum tentu solusi tersebut tidak berdampak baik negatif maupun positif.

Karena itu, sebagai penikmat kopi, kita bisa meminimalisir dampak lingkungan yang ditimbulkan dengan beberapa hal di antaranya mengganti sedotan plastik dengan sedotan stainless atau bambu dan sebagai pembeli kita bisa membawa tumbler sendiri.

Bila kalian ingin mengunjungi contoh kedai kopi yang ramah lingkungan, setahu saya di Yogyakarta ada Djeladjah Coffee, di Bandung ada Kedai Layaran, dan di Solo ada Warung Pejalan.

Mungkin cukup sekian pembahasan kali ini, silahkan baca juga: Indonesiaku Trans7, Menumbuhkan Kepekaan dan Empati Sosial Kita. Terima kasih banyak dan semoga bermanfaat.

0 Response to "Tren Minum Kopi dan Dampak yang Ditimbulkan"

Posting Komentar

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel