-->

Pengertian Aliran Jabariyah yang Perlu Diketahui

fikriamiruddin.com - Kata Jabariyah berasal dari kata jabara yang berarti memaksa. Dalam al-Munjid dijelaskan bahwa nama jabariyah berasal dari kata jabara yang mengandung arti memaksa dan mengharuskannya melakukan sesuatu. Lebih lanjut Syahrastani menjelaskan bahwa istilah al-jabr diartikan menolak adanya perbuatan dari manusia dan menyandarkan semua perbuatan kepada Allah. Sehingga berdasarkan pengertian tersebut Jabariyah ada dua bentuk.
Pengertian Aliran Jabariyah yang Perlu Diketahui

Pertama, Jabariyah murni, yang menolak adanya perbuatan berasal dari manusia dan memandang manusia tidak mempunyai kemampuan untuk berbuat. Kedua, Jabariyah moderat, yang mengakui adanya perbuatan dari manusia, namun perbuatan manusia tidak membatasi. Orang yang mengaku adanya perbuatan dari makhluk ini yang mereka namakan “kasab” bukan termasuk Jabariyah.

Apabila dikatakan, Allah memupunyai sifat al-Jabbar (dalam bentuk mubalaghah), itu artinya Allah Maha Memaksa. Ungkapan al-insan majbur (bentuk isim maf’ul) mempunyai arti bahwa manusia dipaksa atau terpaksa. Manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam menentukan kehendak dan perbuatannya. Manusia terikat pada kehendak Tuhan. Dalam artian, manusia mengerjakan perbuatannya dalam keadaan terpaksa.

Selanjutnya kata jabara (bentuk pertama), setelah ditarik menjadi jabariyah (dengan menambah ya nisbah), memiliki arti suatu kelompok atau aliran (isme). Dalam istilah Inggris paham ini disebut fatalism atau predestination, yakni paham yang menyebutkan bahwa perbuatan manusia telah ditentukan dari semula oleh qadha dan qadar Tuhan. Paham ini menyatakan bahwa manusia itu terpaksa dalam tindakan-tindakannya.

Ia tidak mempunyai pilihan dan kemampuan untuk menentukan tindakan-tindakannya sendiri. Ia ibarat bulu yang digantung di udara, yang hanya bergerak apabila angin yang menggerakkannya. Benih pemikiran Jabariyah sebenarnya sudah ada pada beberapa orang sahabat sejak masa Nabi Muhammad Saw masih hidup. Diceritakan bahwa pada suatu hari Nabi Muhammad Saw menjumpai para sahabatnya yang sedang membicarakan persoalan qadar.

Nabi Muhammad Saw kemudian mengungkapkan bahwa “Untuk inikah kalian diperintahkan? Umat sebelum kamu binasa karena mereka berbuat seperti kamu ini, saling mempertentangkan ayat yang satu dengan yang lain. Perhatikan apa yang diperintahkan kepadamu, lalu kerjakanlah, dan apa yang dilarang atas kamu jauhilah.”

Baca Juga: Mengenal Ajaran Pokok Teologi Mu’tazilah

Nabi sendiri sudah pernah menyatakan bahwa di antara umatnya akan ada orang-orang yang berpaham semacam Jabariyah dan Qadariyah. Dikisahkan bahwa pada suatu hari ada seorang laki-laki dari Persia datang kepada Nabi Muhammad Saw kemudian berkata “Aku lihat orang Persia menikahkan anak-anak perempuan dan saudara-saudara perempuan mereka. Kalau mereka ditanya mengapa berbuat demikian?”

Mereka menjawab “Demikianlah qadla dan qadar Allah. Kemudian Nabi Muhammad Saw bersabda bahwa di antara umatku akan ada orang-orang yang berkata demikian, dan mereka itulah orang-orang Majusi dari umatku.”

Khalifah Umar bin Khattab pernah menangkap seseorang yang ketahuan mencuri. Ketika diinterogasi, pencuri itu berkata “Tuhan telah menentukan aku mencuri.” Mendengar ucapan tersebut, Umar marah sekali dan menganggap orang itu telah berdusta kepada Tuhan. Karena itu, Umar memberikan dua jenis hukuman kepada pencuri itu, yakni hukuman potong tangan karena mencuri dan hukuman dera karena menggunakan dalil takdir Tuhan.

Khalifah Ali bin Abi Thalib seusai perang Shiffin ditanya oleh seorang tua mengenai qadar (ketentuan) Tuhan dalam kaitannya dengan pahala dan siksa. Orang tua itu bertanya, “Bila perjalanan (menuju Perang Shiffin) itu terjadi dengan qadha dan qadar Tuhan, tak ada pahala sebagai balasannya.” Ali menjelaskan bahwa qadha dan qadar itu merupakan paksaan, batallah pahala dan siksa, gugur pulalah makna janji dan ancaman Tuhan, serta tidak ada celaan Allah atas pelaku dosa dan pujian-Nya bagi orang-orang yang baik.

Pada pemerintahan Bani Umayyah, pandangan mengenai al-Jabar semakin mencuat ke permukaan. Abdullah bin Abbas melalui suratnya memberikan reaksi keras kepada penduduk Syiria yang diduga berpaham Jabariyah. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa awal mula kemunculan paham Jabariyah adalah sejak awal periode Islam. namun, al-Jabar sebagai suatu pola pikir atau aliran yang dianut, dipelajari dan dikembangkan, baru terjadi pada masa pemerintahan Daulah Bani Umayyah.

Baca Juga: Pemikiran dan Sekte Teologi Mu’tazilah

Paham Jabariyah secara nyata menjadi aliran yang disebarkan kepada orang lain pada masa pemerintahan Bani Umayyah. Dan yang dianggap sebagai pendiri utama adalah al-Ja’ad bin Dirham diperoleh berita bahwa pemahaman Ja’ad didapat dari Banan bin Sam’an dari Talut bin Ukhtu Lubaid bin A’sam tukang sihir dan memusuhi Nabi Muhammad Saw. Ja’ad semula tinggal di Damasyik, namun lantaran pendapatnya bahwa al-Qur’an itu makhluk maka selalu dikejar-kejar oleh penguasa Bani Umayyah.

Oleh karena itu, ia lari ke Kufah dan ia bertemu dengan Jaham bin Sofwan yang kemudian menjadi muridnya dengan gigih menyebarkan pendapat-pendapat Ja’ad sehingga paham Jabariyah pada perkembangan selanjutnya dikenal pula dengan Jahmiyah.

Mungkin cukup sekian pembahasan kali ini, silahkan baca juga: Memahami Pemikiran Washil bin Atha. Terima kasih banyak dan semoga bermanfaat.

0 Response to "Pengertian Aliran Jabariyah yang Perlu Diketahui"

Posting Komentar

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel