-->

Aliran Filsafat yang Penting untuk Diketahui

fikriamiruddin.com - Selain aliran-aliran filsafat yang bagian dari cabang filsafat ontologi, epistemologi dan aksiologi atau etika, terdapat pula aliran-aliran filsafat yang cukup penting sekali untuk diketahui dan dikaji. Aliran-aliran filsafat tersebut di antaranya aliran filsafat eksistensialisme, aliran fenomenologi, aliran intuisionisme, aliran positivisme, aliran pragmatisme dan aliran filsafat hidup. Untuk selengkapnya simak penjelasan di bawah ini:
Aliran Filsafat yang Penting untuk Diketahui

1. Eksistensialisme

Aliran ini berpandangan bahwa filsafat harus bertitik tolak pada manusia yang kongkrit, yakni manusia sebagai eksistensi dan sehubungan dengan titik tolak ini, maka bagi manusia eksistensi itu mendahului esensi.

2. Fenomenologi

Aliran fenomenologi berpandangan bahwa hasrat yang kuat untuk mengerti yang sebenarnya dapat dicapai melalui pengamatan terhadap fenomena atau pertemuan kita dengan realitas. Bapak fenomenologi adalah Immanuel Kant. Kant membuat uraian mengenai pengalaman. Sesuatu yang terdapat dalam diri kita sendiri akan merangsang alat inderawi dan diterima oleh akal kita dalam bentuk-bentuk pengalaman dan disusun secara sistematis dengan jalan penalaran.

Karena itu kita tidak pernah mempunyai pengetahuan mengenai sesuatu seperti keadaannya sendiri, melainkan hanya mengenai sesuatu seperti yang menampak kepada kita, artinya, pengetahuan mengenai gejala (phenomenon). Bagi Kant para penganut empirisme benar apabila berpendapat bahwa semua pengetahuan didasarkan pada pengalaman meskipun benar hanya untuk sebagian. Akan tetapi, para penganut rasionalisme juga benar, dikarenakan akal memaksakan bentuk-bentuknya sendiri terhadap sesuatu serta pengalaman.

Baca Juga: Aliran dalam Cabang Filsafat Ontologi dan Aksiologi

3. Intuisionisme

Menurut Bergson, intuisi adalah suatu sarana untuk mengetahui secara langsung dan seketika. Pengetahuan yang diperoleh dengan jalan pelukisan tidak akan dapat menggantikan hasil pengenalan secara langsung dari pengetahuan intuitif. Salah satu dari unsur-unsur yang berharga dalam konsep intuisionisme Bergson adalah pengalaman intuisi di samping pengalaman indera. Dengan demikian data yang dihasilkannya dapat merupakan bahan tambahan bagi pengetahuan di samping pengetahuan yang dihasilkan oleh penginderaan.

Dalam hal ini Immanuel Kant masih tetap pada pendiriannya bahwa pengetahuan didasarkan pada pengalaman inderawi maupun pengalaman intuitif. Intuisionisme tidak mengingkari adanya pengalaman inderawi yang biasa dan pengetahuan yang disimpulkan darinya. Intuisionisme mengatakan bahwa pengetahuan yang lengkap adalah yang diperoleh melalui intuisi. Apa yang mampu ditangkap oleh indera hanyalah sebatas yang nampak, akan tetapi intuisi menawarkan sesuatu yang nyata.

4. Positivisme

Istilah positivisme ini pertama kali digunakan oleh Saint Simon pada sekitar tahun 1825. Positivisme berakar pada empirisme. Prinsip filosofis mengenai positivisme dikembangkan pertama kali oleh empiris Inggris Francis Bacon (1600). Tesis positivisme adalah bahwa ilmu adalah satu-satunya pengetahuan yang valid dan fakta-fakta sajalah yang mungkin menjadi objek pengetahuan.

Dengan demikian, positivisme menolak keberadaan segala kekuatan atau subjek di belakang fakta, menolak penggunaan segala metode di luar yang digunakan untuk menelaah fakta. Aliran positivisme ini berpendapat bahwa filsafat hendaknya semata-mata berpangkal pada peristiwa positif yang dialami manusia. Positivisme adalah doktrin filsafat dan ilmu pengetahuan sosial yang menempatkan peran sentral pengalaman dan bukti empiris sebagai basis dari ilmu pengetahuan dan penelitian.

Terminologi positivisme dikenalkan oleh Auguste Comte untuk menolak doktrin nilai subjektif. Dirinya mengganti nilai subjektif dengan fakta yang dapat diamati. Salah satu bagian dari tradisi positivisme adalah sebuah konsep yang disebut dengan positivisme logis. Positivisme ini dikembangkan oleh para filosof yang menamakan dirinya ‘Lingkaran Wina’ pada awal abad 20-an.

Sebagai salah satu bagian dari positivisme, positivisme logis ingin membangun kepastian ilmu pengetahuan yang lebih banyak disandarkan pada deduksi logis daripada induksi empiris. Kerangka pengembangan ilmu menurut tradisi positivisme telah memunculkan perdebatan mengenai apakah ilmu pengetahuan sosial harus “diilmiahkan”.

Menurut para lawan-lawan positivisme, penelitian dan pengembangan ilmu atas realitas sosial dan kebudayaan manusia tidak dapat begitu saja direduksi ke dalam kuantifikasi angka yang bisa diverikasi karena realitas sosial sejatinya menyodorkan nilai-nilai yang bersifat kualitatif. Menjawab kritik ini, kaum positivisme mengatakan bahwa metode kualitatif yang digunakan dalam penelitian sosial tidak menemukan ketepatan dikarenakan sulitnya untuk diverifikasi secara empiris.

Tokoh-tokoh yang paling berpengaruh dalam mengembangkan tradisi positivisme adalah Thomas Kuhn, Paul K. Fyerabend, W.V.O Quine dan lain sebagainya. Pemikiran para tokoh ini membuka  jalan bagi penggunaan berbagai metode dalam membangun pengetahuan mulai dari studi etnografi sampai penggunaan analisa statistik.

Baca Juga: Jenis Aliran Cabang Filsafat Epistemologi

5. Pragmatisme

Aliran pragmatisme berpandangan bahwa benar atau salahnya suatu ucapan, dalil atau teori semata-mata bergantung pada faedah atau tidaknya ucapan, dalil atau teori tersebut bagi manusia untuk bertindak di dalam kehidupannya. Pragmatisme adalah mazhab pemikiran filsafat ilmu yang dipelopori oleh C.S Peirce, William James, John Dewey, George Herbert Mead, F.C.S Schiller dan Richard Rorty.

Tradisi pragmatisme muncul atas reaksi terhadap tradisi idealis yang dominan menganggap kebenaran sebagai entitas yang abstrak, sistematis dan refleksi dari realitas. Pragmatisme berargumentasi bahwa filsafat ilmu haruslah meninggalkan ilmu pengetahuan transendental dan menggantinya dengan aktifitas manusia sebagai sumber pengetahuan. Bagi para penganut mazhab pragmatisme, ilmu pengetahuan dan kebenaran adalah sebuah perjalanan dan bukan merupakan tujuan.

Para tokoh pragmatisme mengambil jalan berpikir yang berbeda antara satu dengan lainnya. Peirce lebih tertarik pada klarifikasi gagasan-gagasan. Peirce adalah tokoh yang menggagas konsep bahasa (linguistic) sebagai media dalam relasi instrumental antara manusia dengan benda. Gagasan ini kemudian disebut sebagai semiotik. James lebih tertarik dalam menghubungkan antara konsepsi kebenaran dengan area pengalaman manusia yang lain seperti kepercayaan dan nilai-nilai kemasyarakatan.

Sedangkan Dewey menjadikan pragmatisme sebagai basis dari praktek-praktek berpikir secara kritis. Pendekatan Dewey yang pragmatis dalam pendidikan misalnya menitikberatkan pada penguasaan proses berpikir kritis daripada metode hafalan materi pelajaran. Sumbangsih paham pragmatisme terhadap ilmu pengetahuan adalah terutama sikap para tokohnya yang lebih demokratis.

Dalam konteks proses demokratisasi ini, pragmatisme lebih memfokuskan pada kekuatan individu untuk meraih solusi kreatif terhadap masalah yang dihadapi.

6. Aliran Filsafat Hidup

Yakni aliran yang berpandangan bahwa berfilsafat berarti memadukan antara rasio dan seluruh kepribadian. Dengan demikian berfilsafat bukan berarti berfikir samata, akan tetapi juga harus mengikuti kehendak hati, iman dan seluruh nilai yang ada pada kehidupan.

Mungkin cukup sekian pembahasan kali ini, silahkan baca juga: 3 Cabang Khusus Filsafat. Terima kasih banyak dan semoga bermanfaat.

0 Response to "Aliran Filsafat yang Penting untuk Diketahui"

Posting Komentar

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel