-->

Rekam Jejak Konflik di Indonesia

fikriamiruddin.com - Di Indonesia eksistensi konflik dengan kekerasan dan pertumpahan darah sudah terwarisi sejak zaman prakolonial hingga era digital saat ini. Sejumlah konflik dan kekerasan yang ada di Indonesia ini berkaitan erat dengan gerakan separatis, peranan agama dalam negara, dan perebutan kekuasaan serta sumber daya alam. Konflik-konfilk yang ada tersebut kemudian oleh para pengamat dijuluki sebagai konflik komunal, konflik suku, konflik sosial, konflik politik, dan konflik agama. Konflik 1965-1966 adalah konflik yang paling serius, akan tetapi bukan konflik yang terakhir.

Dalam rekam jejaknya beberapa konflik yang serius dan sangat merugikan kehidupan berbangsa dan bernegara adalah konflik antaretnis seperti halnya Suku Melayu yang berhadapan dengan Suku Madura di Sambas (1996-1997, 1999, dan 2001), penganut agama Kristen Timur melawan Buton, Bugis, Makassar (1999). Konflik ini kemudian berakhir juga dengan konflik agama. Selain itu Kristen Ambon melewan Buton,Bugis, Makassar di Ambon (1999) dan konflik di antara berbagai etnis di Maluku Utara (2000). Serta konflik berbagai kelompok di Poso Sulawesi Tengah (2001). Yang kebanyakan semua konflik ini berakhir dengan konflik agama (Amri Marzali, 2003: 15).
Rekam Jejak Konflik di Indonesia

Selain itu banyak para peneliti berpendapat bahwasannya rezim Orde Baru dibangun atas dasar kekerasan antikomunisme, kejam dalam memperlakukan perbedaan pendapat, serta brutal dalam menangani beberapa pemberontakan yang terjadi di Indonesia. Dalam hal ini Orde Baru menggunakan kekerasan untuk memaksakan kehendak, jika tidak berhasil menggunakan tutur kata untuk membujuk masyarakat agar mau tunduk pada kebijakan penguasa. Dalam hal ini kekerasan massal yang paling banyak dilaporkan di era rezim Orde Baru adalah kekerasan yang dilakukan oleh orang Indonesia keturunan Tionghoa. Selain itu kerusuhan dan kekerasan yang terjadi di penghujung kekuasaan Soeharto (Mei 1998) dinilai paling luar biasa dan mendapatkan sorotan tajam dari dunia internasional (Melly, 2008: 239).

Baca Juga: Analisis Konflik Film SAMIN VS SEMEN

Dalam laporan Center for Religious and Cross-Cultural Studies (CRCS) UGM pada tahun 2010, terdapat 39 kasus konflik berbau kekerasan atas nama agama. Kasus seputar rumah ibadah, konflik atau ketegangan yang melibatkan konflik antarumat beragama mendominasi, yakni 32 kasus. Sementara itu, empat kasus melibatkan konflik internal umat beragama, seperti internal umat Muslim satu kasus, internal umat Protestan satu kasus, dan Internal umat Katolik satu kasus, dan sebanyak tiga kasus lain tidak dapat teridentifikasi.

Akhir-akhir ini, di Indonesia konflik berbau kekerasan menjadi suatu hal yang sangat akrab di dengar. Kekerasan menjadi sebuah keniscayaan yang secara sadar atau tidak, akan selalu membayangi dan menghantui masyarakat Indonesia. Kekerasan ada di sekitar rumah, lingkungan sekitar, bahkan di berbagai tempat. Konflik dan kekerasan ini bisa muncul di tayangan-tayangan televisi, radio-radio, media-media online, surat kabar, yang tidak bosan-bosannya menampilkan dan menyiarkan konflik dan kekerasan, mulai dari pembunuhan, teror bom, hingga konflik sosial-keagamaan dengan berbagai latar belakang. Secara teoritis, kekerasan tersebut terbagi menjadi tiga kategori di antaranya kekerasan simbolik, kekerasan psikologis, dan kekerasan fisik. Dan dalam waktu bersamaan ketiga kategori kekerasan ini tanpa kita duga bisa hadir sekaligus ketika menimpa kita ataupun kelompok.

Baca Juga: Dampak Kebudayaan Asing di Era Globalisasi

Dari ketiga kategori di atas, yang paling kasat mata adalah kekerasan dalam bentuk fisik, bisa terjadi antarmanusia, antarkomunitas, bahkan antarnegara, kekerasan terhadap alam dan lingkungan terdekat kita. Dalam hal ini beberapa peneliti mengungkapkan bahwa Indonesia adalah negara yang kaya dengan berbagai konflik yang disebabkan oleh berbagai macam faktor termasuk di dalamnya Agama. Agama dapat menjadi salah satu faktor pemicu konflik yang luar biasa dalam menciptakan kekerasan. Sehingga dalam hal ini membuat kekerasan atas nama agama cenderung meningkat drastis dari tahun ke tahun.

Maka dari itu, konflik dan kekerasan bisa membayangi siapa saja. Namun, tidak banyak yang menyadari bayang-bayang tersebut. Konflik dan kekerasan ini banyak sekali mengancam manusia, namun ancaman tersebut seolah tidak ada. Konflik dan kekerasan juga bisa kapan pun, di mana pun tanpa pernah kita duga-duga sebelumnya. Dikarenakan pada dasarnya apabila ada satu orang yang terkena kekerasan, maka kemudian dia akan segera mencari sasaran lain untuk melampiaskan dendam yang diakibatkan kekerasan yang dialaminya. Hal inilah yang kemudian membuat dalam waktu yang amat sangat singkat pelaku kekerasan bertambah dengan pesat.
Silahkan Baca Juga: Kekerasan Simbolik dalam Dunia Pendidikan di Indonesia

0 Response to "Rekam Jejak Konflik di Indonesia"

Posting Komentar

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel