-->

Pendakian Budug Asu Kaki Gunung Arjuno

Spot Foto di Puncak Budug Asu
fikriamiruddin.com - Cerita ini kami awali dari Kota Surabaya dengan anggota tim berjumlah tiga orang. Dari Surabaya kami melaju menggunakan kendaraan roda dua. Dengan berjalan santai menyusuri jalanan ramai akhir pekan menuju  ke arah Kota Malang. Tujuan kami adalah Camp Budug Asu, Budug Asu berada di lereng Gunung Arjuno dan tepat berada di atas Kebun Teh Wonosari. Budug Asu merupakan sebuah bukit dengan hamparan tanah yang luas dengan view yang sangat memukau. Semua anggota tim kami belum ada yang pernah kesana alhasil kami mengikuti rute yang disediakan oleh GPS yang kami akses melalui ponsel. Setelah sampai pasar Lawang tak lama berselang kami mengambil jalur ke kanan menuju kebun teh wonosari.

Setelah sampai pada perkampungan terdapat banyak sekali penanda untuk sampai ke Budug Asu. Hal yang sempat membuat kami bingung adalah ketika GPS kami mengarah ke arah kiri, sedangkan petunjuk arah ke Budug Asu mengarah ke kanan. Peristiwa ini membuat kami berdiam sejenak untuk memutuskan pilihan yang tepat, pada akhirnya kami memutuskan untuk mengikuti petunjuk arah yang mengarah ke kanan dan tentu saja mengabaikan GPS di ponsel. Setelah sampai di tengah jalan ternyata ada salah satu anggota masyarakat yang mempunyai hajatan, alhasil perjalanan kami terbendung olehnya. Karena hajatan tersebut sangat ramai pengunjung kami tidak sempat berfikir dan mencari jalan tikus di sekitarnya. Alhasil kemudian kami memutuskan untuk kembali dan kemudian mengikuti rute yang disediakan oleh GPS.

Pada awalnya tidak ada yang aneh di sepanjang jalur yang kami susuri, diawali oleh lintasan beraspal yang sudah mulai rusak kemudian disusul dengan makadam. Hingga pada akhirnya di tengah perjalanan kami sempat meragukan rute perjalanan ini, alhasil kami mengecek kembali rute yang ada di GPS, dan rute itu benar adanya. Kemudian kami memutuskan melanjutkan perjalanan dengan setengah keyakinan, selain sepi dilalui pengendara kanan kirinya pun hanya terdapat perkebunan warga sekitar. Setelah selesai menyusuri makadam jalur ini kemudian berganti menjadi tanah yang bercampur bebatuan, ada yang padat ada juga yang sudah lembek dikarenakan hujan.

Kami tetap melanjutkan perjalanan meski kendaraan kami tidak disetting untuk medan seperti ini. Beruntunglah di tengah perjalanan kami bertemu seorang warga yang sedang berburu burung dengan sanapan laras panjangnya, benar saja warga tersebut menggunakan Motor Cross yang memang disetting untuk medan seperti ini. Tanpa berbasa basi kami kemudian menanyakan perihal jalur menuju Camp Budug Asu, kemudian warga tersebut menjawab “Iya mas bisa lurus terus melewati jalur ini, bisa juga lewat perkampungan, tapi kalian sudah sampai di sini sebaiknya melanjutkan perjalanan saja”. Kami langsung saja mengikuti saran warga tersebut untuk melanjutkan perjalanan, akan tetapi kendaraan kami seakan kesusahan untuk melewati medan seperti ini, dikarenakan tanah basah bercampur dengan batu yang begitu licin. Alhasil di tengah perjalanan kami berhenti sejenak kemudian lewatlah warga yang sedang berkebun dan menyarankan kami untuk kembali. Sontak kemudian kami berdiam diri sejenank untuk dapat memutuskan pilihan. Alhasil kami pun menuruti saran warga yang sedang berkebun tersebut, dan dengan segera mungkin memutar balikan kendaraan kami pada jalur yang begitu sempit.
Setelah selesai memutar balikan kendaraan, kemudian lewatlah warga yang berburu burung tadi dan berkata kepada kami “Jauh mas kalo mau balik lagi, jalannya kayak gini cuma 100 meter, setelahnya enak dilalui.” Setelah memberi saran warga pemburu burung tersebut kemudian melanjutkan perjalanan tanpa adanya kendala, benar saja kendaraan yang dipakainya memang disetting untuk medan seperti ini. Tanpa berfikir panjang kami memutar balikkan kendaraan kami kembali dan bergegas menyusul warga pemburu burung tersebut. Dengan sedikit bersusah payah kami melewati jalanan ini dengan berharap 100 meter setelah ini jalanan yang dilewati akan mulai membaik. Benar saja setelah 100 meter terlewati jalanan berubah kembali menjadi makadam, hal ini membuat kami sedikit lega meski harus bersusah payah menahan keseimbangan, karena sekali meleset bebatuan tajam tersebut siap untuk menerjang tubuh kami.
Tidak lama berselang sampailah kami pada sebuah rumah yang mempertemukan jalanan dari berbagai jalur. Sialnya rumah tersebut pintunya tertutup dan terkunci dengan rapat, dan ketika kami mengecek GPS di ponsel tidak bisa dikarenakan sinyal sudah mulai menghilang. Tak jauh dari rumah tersebut terdapat sepasang warga yang sedang berkebun, tanpa berbasa basi kami langsung mendatanginya dan menanyakan jalur menuju Camp Budug Asu. Warga tersebut menjelaskan bahwa bisa kami lurus terus menggunakan kendaraan. Kemudian kami kembali ke rumah tempat kami memarkirkan motor dan berdiskusi, dalam diskusi tersebut kami sepakat kalo dengan kondisi kendaraan seperti ini tentu akan menyulitkan kami sendiri untuk berjalan, akan tetapi jika kami memilih berjalan dan meninggalkan kendaraan di rumah yang tak berpenghuni ini tentu saja akan mengkhawatirkan sekali.
Karena apabila kembali ke rute awal tentu kami akan menemui kesulitan yang sama, kemudian salah satu dari kami mengecek jalur yang lainnya untuk memastikan aman dan tidaknya dilalui. Setelah dirasa aman kami memutuskan untuk turun kembali dan berencana untuk mencari tempat untuk memarkirkan motor. Dengan kondisi medan yang hampir sama dengan sebelumnya ditambah lagi jalanan menurun tentu kami harus berusaha ekstra untuk menyeimbangkan tubuh agar tidak mudah terguling begitu saja. Alhasil benar saja salah satu dari kami harus terjatuh karena kurangnya keseimbangan.
Tak lama berselang sampailah kami di bawah dan bertemu dengan jalur beraspal yang melegakan kami. Setelah itu kami memutuskan untuk mencoba kembali mengikuti jalur yang sesuai dengan petunjuk yang ada. Setelah sampai di tempat hajatan yang awalnya kami putar balik, salah satu dari kami memutuskan untuk turun dan menanyakan jalur menuju Budug Asu. Kemudian salah seorang warga memberitahu kami untuk melewati jalan tikus dan salah seorang lagi bersedia mengantarkan kami untuk melewati jalan tikus yang memutari tempat hajatan tersebut. Kemudian kami berterimakasih kepada warga yang sempat mengantarkan kami tersebut sebelum pada akhirnya melanjutkan perjalanan.
Perjalanan ini kami lanjutkan dengan memasuki wilayah Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) dan ijin terlebih dahulu kepada petugas yang berjaga. Dengan ramah petugas tersebut memberikan senyumannya kepada kami, setelah puas saling sapa kami lekas melanjutkan perjalanan. Setelah keluar dari wilayah BBIB kami disuguhi pemandangan kebun teh di kanan dan kiri beserta gagah puncak Gunung Arjuno tepat di depan kami. Untuk sampai di tempat penitipan motor, kami harus menyusuri jalan setapak menggunakan kendaraan kami. Sialnya medan tanah ini sangat licin dikarenakan nampaknya terguyur hujan semalaman. Maka dari itu kami harus tetap waspada dan berhati-hati. Tak lama berselang jalanan semakin licin dan sulit untuk melajukan kendaraan, alhasil salah satu dari kami betisnya tercium knalpot kendaraan yang sedang panas-panasnya setelah seharian berkeliling. Tapi itu bukan merupakan sebuah halangan, kami tetap melanjutkan perjalanan dan berharap agar cepat sampai. Harapan tersebut terjawab setelah terlihat beberapa tenda yang menandakan ada orang ngecamp di sekitar kebun teh ini. Kemudian kami bertanya kepada orang yang sedang ngecamp tersebut perihal tempat parkir, lalu mereka menjawab sebentar lagi sampai di tempat penitipan motor. Sekitar 100 meter berjalan, sampailah kami pada sebuah warung yang juga menyediakan jasa penitipan kendaraan bermotor. Tak ingin menyianyiakan hal ini, kami bergegas memarkirkan kendaraan lalu bersantai sejenak di warung setelah lelah berkeliling di lereng gunung.
Warung yang juga menyediakan jasa Penitipan Motor
Di warung ini kami memesan mie instan dengan dilengkapi telur setengah matang untuk sekedar mengganjal perut. Setelah puas beristirahat dan mengganjal perut, kami langsung bergegas melanjutkan perjalanan. Perjalanan kami ini diawali dengan medan makadam dan kanan kirinya terdapat pemandangan perkebunan penduduk, di sana terdapat beberapa jenis sayuran. Selain itu juga terdapat perkebunan kopi yang membentang di kiri jalur menuju puncak bukit Budug Asu. Budug Asu ini tidak hanya dikunjungi para pejalan, akan tetapi ada juga para pencinta Motor Trail dan juga Offroad menggunakan kendaraan roda empat. Benar saja jalur ke bukit Budug Asu memang sudah di desain untuk para Pejalan, Pegowes, Motor Trail, dan Jeep. Tak lama kemudian sampailah kami di hutan pinus dengan pohonnya yang rindang serta tinggi menjulang yang sangat indah sekali digunakan sebagai latar belakang memotret.
Papan penunjuk arah ke Camp Budug Asu
Tak lama kemudian sampailah kami pada sebuah tempat, di tempat ini terdapat pos perijinan, gazebo, dan warung. Untuk melanjutkan perjalanan atau naik ke bukit Budug Asu para pengunjung harus membayar biaya registrasi sebesar Rp. 10.000 yang sudah termasuk biaya asuransi yang menjamin apabila kemungkinan yang buruk terjadi. Setelah sampai di sini ada dua jalur untuk sampai ke puncak Budug Asu, untuk yang sebelah kiri disetting untuk pegowes, pengguna motor cross maupun mobil jeep. Sedangkan sebelah kanan diseting untuk para pejalan yang medan memotong kompas sehingga membutuhkan sedikit tanaga ekstra untuk melewatinya.
Gazebo dan Pos Registrasi
Dikarenakan kami berjalan, maka kami memilih jalur yang tersedia di sebelah kanan. Jalur ini langsung menanjak ke atas dan beralaskan tanah. Dikarenakan jalurnya lumayan cukup menanjak, untuk memudahkan dan meminimalisir kecelakaan pengelola sudah menyediakan tali yang sengaja dipasang disepanjang jalur yang sekiranya membutuhkan tali untuk berpegangan. Bagi yang sudah terbiasa mendaki gunung jalur ini tentu tidak terlalu menyulitkan, akan tetapi harus tetap waspada dan berhati-hati. Sedangkan bagi pemula jalur seperti ini akan memacu semangat dan tekad agar tidak menyerah sebelum target atau tujuan tercapai.
Tak lama berselang sampailah kami di Puncak Budug Asu, dengan disuguhi view puncak Gunung Arjuno yang sangat memukau. Puncak Budug Asu ini terdiri dari hamparan tanah luas, di puncak ini pula juga sudah terdapat sebuah warung. Akan tetapi ketika kami kesana warung tersebut tutup. Di puncak juga terdapat sebuah spot foto yang cukup menarik untuk dicoba. Budug Asu ini juga sering digunakan untuk ngeCamp atau hanya sekedar berjalan-jalan. Di puncak ini kami dipertemukan dengan berbagai orang dari berbagai latar belakang dan berbagai cara untuk menikmati Budug Asu ini. Tempat ini ramah di kunjungi oleh para pejalan, pegowes, dan para pecinta motor trail maupun off road.
Warung yang berada di Puncak Budug Asu


Rincian Detail Perjalanan*
Surabaya – Penitipan Motor : 3 Jam

Penitipan Motor – Puncak Budug Asu : 1 Jam

*NB : Waktu tempuh kondisional dan situasional tergantung kondisi fisik masing-masing pendaki dan kondisi cuaca

Mungkin itu saja sedikit cerita yang bisa kami bagikan semoga bisa menginformasi serta menginspirasi kawan-kawan semua.

#SalamLestari


 


0 Response to "Pendakian Budug Asu Kaki Gunung Arjuno"

Posting Komentar

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel