-->

Strategi Dakwah Al-Bayanuni dalam Kitab Al-Madkhal Ila Ilmi Dakwah (Diterjemahkan dari Halaman 204 – 240)

Skema Strategi Dakwah Al-Bayanuni

Strategi Dakwah Al-Bayanuni
fikriamiruddin.com - Patokan dasar dalam berdakwah atau strategi dakwah yang bertumpu pada potensi yang dimiliki manusia dibagi menjadi tiga yaitu (al-athifi, al-aqly, dan al-hissi) dan keterangan metode-metodenya, pemakaiannya, dan keistimewaannya. Dan setelah dikhususkan menjadi patokan tiga metode tersebut, dan karena pentingnya metode tersebut, dan juga keberadaannya yang bersifat umum terhadap metode dakwah dalam satu sisi, juga keterkaitannya dengan dengan metode-metode dakwah yang lain. Strategi dakwah dikelompokkan berdasarkan pemakaiannya dan pengkhususannya dibagi menjadi tiga bentuk.

1. Al-Manhaj al-athifi (Strategi Sentimentil)
Pengertian metode al-athifi itu ada dua : Pertama, yaitu merupakan metode atau cara-cara dakwah yang memfokuskan pada aspek hati yang menggerakkan perasaan dan batin mitra dakwah. Kedua, memberi arti atau makna dakwah nasihat yang mengesankan dan memanggil dengan kelembutan. Jadi, karena struktur dakwah itu tidak nampak kecuali kita mengumpulkan cara-caranya dan bagaimana penerapannya seperti apa yang telah dijelaskan dalam kitab ini. Serta pengertian istilah-istilah pembahasannya.
Cara-cara yang paling penting dalam penggunaan strategi sentimentil adalah sebagai berikut :
- Metode atau cara mau’idhotul hasanah (nasehat yang baik), dan bentuk-bentuknya adalah sebagai berikut:
Khitobah (ceramah/pidato)
Mengingat nikmat Allah dan bersyukur atas nikmat itu
Memuji yang berdoa bagi yang didoakan
Senang dan berharap akan pahala
Janji yang harus ditepati dan menolongnya
Bercerita yang mengesankan atau kisah-kisah lembut yang menginspirasi.
Dan metode atau cara-cara mau’idhotul hasanah ini terdapat dalam al-Qur’an, Allah SWT berfirman :

(”Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik”...) (Q.S. An-Nahl : 125)

- Metode atau cara yang jelas, penuh kasih sayang, serta mendoakan :
Dalam hal ini dakwah disampaikan dengan kalimat yang baik dan berpengaruh serta menginspirasi. Misalnya memanggil orang dengan sebutan (wahai bapakku, wahai anakku, wahai kaum). Dan da’i itu mengatakan kepada yang didakwah seperti : (saya mencintaimu), saya khawatirkan kamu, dan lain sebagainya. Dan metode atau cara-cara ini sesuai dengan firman Allah SWT :

(“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu”...) (Q.S. Ali Imran : 159)
- Metode atau cara menunaikan hajat, memberikan pertolongan, dan memberikan pelayanan :
Berdakwah dengan mengajak menunaikan hajat, dipraktekkan dengan memberikan pertolongan serta dengan pelayanan yang baik. Dan semua ini berserta contoh-contohnya disebut dengan strategi sentimentil.

Penggunaan Strategi Sentimentil : 
- Penggunaannya dalam keadaan beragam sesuai dengan daerah yang bermacam-macam, seorang pendakwah harus mengetahui keadaannya dan bisa menyesuaikan strategi yang cocok dalam keadaan dan tempat yang cocok.
- Berdakwah terhadap orang-orang bodoh : karena orang bodoh itu membutuhkan perhatian yang khusus dengan mengetahui apa yang dibutuhkan, dengan pendekatan secara keilmuan, serta membantu dengan kebaikan.
- Berdakwah terhadap orang yang tidak diketahui keadaannya, tidak tahu seberapa kadar keimanan mereka (lemah), jadi pendakwah itu harus menggali dulu mereka itu sebenarnya seperti apa, caranya dengan mencari tahu dahulu kadar keimanan mereka itu seperti apa, sehingga pendakwah dapat menyampaikan sesuai dengan apa yang mereka butuhkan. Sehingga dapat dipilih cara yang cocok.
- Berdakwah terhadap seorang yang berhati lemah : seperti halnya perempuan, anak-anak, orang yatim, orang miskin, orang yang terkena musibah, orang yang sakit, dan lain sebagainya.
- Dakwahnya bapak terhadap anak, dakwah terhadap saudara, saudara jauh, orang terdekat, terhadap teman, dan lain sebagainya.
- Berdakwah terhadap tempat dakwah yang sulit dijangkau atau sulit untuk mendakwah mereka, dan sukar untuk mengadakan dakwah.

Keistimewaan Strategi Sentimentil
Untuk manhaj al-athifi (strategi sentimentil) mempunyai kajian khusus dalam penyampaian dan pembentukannya. Seperti misalnya :
- Penyampaian yang lembut, dan contoh-contoh baik yang berpengaruh serta memotivasi.
- Cepat berpengaruh terhadap yang didakwah, orang yang didakwah menyambut dengan baik terhadap pendakwah.
- Meminimalisir permusuhan dan perbedaan.
- Cepat merubah dari pengaruh yang kurang baik ke keadaan yang maslahat.
- Penggunaan daerah lebih unggul dalam penyampaiannya.
Oleh karena itu dari keistimewaan yang tampak dijelaskan di atas tersebut, maka strategi ini dianggap lebih dibandingkan strategi yang lain.


2. Al-Manhaj Al-Aqli (Strategi Rasional)
Berdasarkan pengertiannya strategi rasional dapat didefinisikan menjadi dua bagian. Pertama, metode yang memfokuskan pada aspek akal pikiran. Mendorong mad’u untuk berfikir, merenungkan, dan mengambil pelajaran.  Kedua, penggunaan hukum logika, diskusi atau penampilan, contoh dan bukti sejarah merupakan beberapa metode dari strategi rasional.
Cara-cara yang digunakan dalam strategi rasional adalah sebagai berikut :
Tuntutan rasionalitas, dan dapat disampaikan diantaranya dengan Qiyas awal, Qiyas Masawi, Qiyas Khalfi, dan Qiyas Ad-dhomni. Dan contoh Qiyas awal dalam firman Allah Swt :

(“Mengapakah kamu tidak memerangi orang-orang yang merusak sumpah (janjinya), padahal mereka telah keras kemauannya untuk mengusir Rasul dan merekalah yang pertama mulai memerangi kamu? Mengapakah kamu takut kepada mereka padahal Allah-lah yang berhak untuk kamu takuti, jika kamu benar-benar orang yang beriman”.) (Q.S. At-Taubah : 13)

Nabi Muhammad Saw bersabda dalam sebuah hadist tentang menutup aurat : sahabat berkata : “Wahai Rasulullah : apabila salah satu dari kita sendirian?” Rasulullah bersabda: “Maka Allah Azza wa Jalla lebih berhak untuk malu kepadanya.”

Dan contoh dari Qiyas Masawi / setara itu : Nabi Muhammad Saw bertanya terhadap pemuda yang meminta izin untuk berzina : “Apakah kamu mau hal itu terjadi pada ibumu? Dan pemuda itu berkata : tidak dan demi Allah yang menjadikanku, Rasulullah berkata : tidak ada manusia yang mau hal itu terjadi pada ibu mereka.

Dan contoh Qiyas Khalfi / bertentangan, Rasulullah Saw bersabda :

“Jika kamu menaruh kemaluanmu itu di tempat yang haram maka akan dapat dosa, ketika kemaluanmu itu di taruh pada tempat yang halal maka akan mendapatkan pahala.”

Dan contoh Qiyas Ad-dhomni, Rasulullah Saw bersabda kepada orang-orang yang berpuasa :

“Apabila lupa makan dan minum dalam berpuasa, maka sempurnakah puasanya, karena sesungguhnya Allah yang memberi makan dan minum terhadap orang yang lupa tersebut.”

Penggunaan Strategi Rasional :
Penggunaan strategi rasional itu dalam tempat yang beragam, diantaranya :
- Digunakan ketika mad’u berada dalam keadaan ingkar secara dzohir, contohnya dalam firman Allah Swt : “Atau apakah mereka tercipta tanpa asal-usul ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)?” (Q. S. At-Tur : 35) Dan firman-Nya “Seandainya pada keduanya (di langit dan di bumi) ada Tuhan-Tuhan selain Allah, tentu keduanya telah binasa.” (Q.S. Al-Anbiya : 22)
- Terdadap orang-orang yang melampaui pemikirannya / rasionalitasnya, akan cepat paham jika menggunakan strategi rasional ini.
- Terhadap orang-orang suci pemikirannya yang jauh dari fanatisme atau tidak fanatik terhadap pendapat mereka.
- Terhadap orang-orang yang bersih dari pengaruh syubhat, dan orang-orang yang tunduk untuk tidak melakukan kebathilan, maka harus menggunakan strategi rasional.

Keistimewaan Strategi Rasional :
Jadi strategi rasional ini memiliki keistimewaan yang berbeda dengan strategi yang lainnya, diantaranya :
- Bersandar terhadap rasionalitas atau ilmu-ilmu kalam.
- Mudah merubah cara berfikir atau berpandangan orang dengan cara rasional.
- Membungkam orang-orang dengan masuk akal.
- Cakupannya lebih sempit karena berbeda dari satu kaum dengan kaum yang lain.
Jadi strategi rasional ini digunakan pada orang yang cocok dan juga tempat yang cocok.


3. Al-Manhaj Al-Hissi (Strategi Indriawi)
Strategi Indrawi ini mempunyai dua definisi, Pertama, aturan dakwah yang berpusat pada panca indra dan bersandar / berlandaskan pada banyak pengamatan (penglihatan) dan penelitian (percobaan). Kedua, kumpulan jalan dakwah yang berpusat pada panca indra dan bersandar / berlandaskan pada banyak pengamatan (penglihatan) dan penelitian (percobaan). Al-Manhaj al-hissi juga dapat dinamakan dengan strategi ilmiah. Ia didefinisikan sebagai sistem dakwah atau kumpulan metode dakwah yang berorientasi pada panca indra dan berpegang teguh pada hasil penelitian dan percobaan. Metode yang dihimpun oleh strategi ini adalah praktik keagamaan dan keteladanan. Oleh karena itu aturan dakwah tidak tampak kecuali dengan kumpulan strategi yang sesuai.
Strategi Indrawi mempunyai beberapa cara, diantaranya :
- Kegunaan panca indra pada pengertian di atas untuk menyampaikan sebuah metode kepada banyak penerimanya. Seperti firman Allah Swt : “Dan di bumi terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang yakin, dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memprihatinkan? Dan langit terdapat (sebab-sebab) rezekimu dan apa yang dijanjikan kepadamu. Maka demi Tuhan langit dan bumi, sungguh, apa yang dijanjikan itu pasti terjadi seperti apa yang kamu ucapkan.” (Q.S. Az-Zariyat : 20-23) Dan firman-Nya : “Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kebesaran) Kami di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur’an itu adalah benar. Tidak cukupkah (bagi kamu) bahwa Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?” (Q.S. Fussilat : 53)
- Cara pembelajaran yang sesuai, dengan melihat objek dakwah bagaimana menyesuaikan pekerjaan atau profesinya. Seperti yang dilakukan Rasulullah Saw dalam dakwah untuk mempelajari sholat, haji, lalu datang sabda beliau : “Sholatlah kalian sebagaimana aku mengerjakan sholat,” dan dalam hadist lain berisi : “ambillah dariku (untuk) pegangan kalian.” (H.R. Bukhari)
- Panutan dalam mempelajari akhlak dan sikap. Seperti Allah Swt menjadikan Rasulullah Saw panutan untuk orang mukmin, maka Allah Swt berfirman : “Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah.” (Q.S. Al-Ahzab : 21), seperti Rasulullah Saw dihormati, maka datang firman-Nya : “Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampun untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekat, maka bertawakkallah kepada Allah.” (Q.S. Ali Imran : 159). Dan dari sini Rasulullah Saw sudah mensifati Al-Qur’an, dan hadist dari Aisyah Ra : “(........Sesungguhnya Allah menciptakan Rasulullah Saw (karena adanya al-Qur’an)......)” (H.R. Muslim).
- Mengubah kemungkaran dengan tangan dan menghilangkannya dihadapan pandangan orang yang melakukan kemungkaran. Dan mengulangi perbuatan mungkar lebih kuat daripada derajat mungkar seperti sabda : “Barang siapa yang melihat kemungkaran maka ubahlah dengan tangan...” dan seperti yang dilakukan Rasulullah Saw terhadap patung-patung yang konon mengelilingi ka’bah ketika fathu makkah.
- Menguatkan para Nabi dan Rasul-Nya dengan mukjizat yang nyata dan sangat kuat, seperti yang telah diceritakan para Nabi terdahulu dan oleh Rasul kita Muhammad Saw.
- Menggunakan metode atau cara dengan membuat permisalan atau sandiwara dan melahirkan sebagian hal-hal dakwah melalui panggung sandiwara.

Penggunaan Strategi Indrawi :
Penggunaan Strategi indrawi dalam dakwah bermacam-macam, diantaranya :
- Digunakan ketika mengajarkan suatu keilmuan yang pasti dalam menyampaikan ilmu, dan kapan suatu perkara itu dianggap pasti secara kepahaman itu sangat diperlukan sesuai dengan kebutuhan seperti halnya Nabi mengajarkan wudhu, shalat, dan haji.
- Terhadap para ulama dan orang-orang yang khusus dalam keilmuan, dan ditentukan dalam beberapa dalil dengan ilmu hijaz yang ada di dalam ilmu al-Qur’an dan hadist. Serta mengantisipasi darurat atau mara bahaya yang ada di beberapa nas syariah agar terselamatkan dari ilmu-ilmu indriawi , dan menurut ulama sudah cukup dengan cara menyaksikan beberapa ilmu yang sudah ditetapkan dalam al-Qur’an dan hadist secara turun temurun.
- Terhadap orang-orang yang tidak tahu terhadap masa lampau (keilmuan para ulama terdahulu), dan menafikan pemikiran-pemikiran secara rasional (lebih condong terhadap al-Qur’an dan hadist). Sesungguhnya orang-orang yang berdakwah dianggap tidak ada manfaatnya saat bersanding dengan mereka atau disebut mutajahilin. Kecuali pendapat mereka lebih kuat, tangguh daripada pemikiran mereka secara indrawi, maka dari itu hal ini dianggap sebagai pokok atau dasar yang menimbulkan adanya beberapa mukjizat Nabi dan Rasul secara indrawi.

Keistimewaan Strategi Indrawi :
- Kecepatan dalam mempengaruhi atas kekuatan orang-orang yang mengandalkan panca indra dapat diselamatkan (setiap manusia jika menggunakan panca indra, maka dia akan lebih mempengaruhi dalam pemikiran), apabila tidak bisa mempengaruhi maka ada jalan atas penggambaran indrawi untuk membatalkannya. Dan dalam hal ini terdapat firman Allah Swt yang menggambarkan atas kekafiran seseorang setelah melihat beberapa mukjizat Nabi : “Isa putra Maryam berdoa, “Ya Tuhan kami, turunkanlah kepada kami hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami, yaitu bagi orang-orang yang sekarang bersama kami ataupun yang datang setelah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau; berilah kami rezeki, dan Engkaulah sebaik-baik pemberi rezeki.” Allah berfirman, “Sungguh, Aku akan menurunkan hidangan itu kepadamu, tetapi barang siapa kafir di antaramu setelah (turun hidangan) itu, maka sungguh, Aku akan mengazabnya dengan azab yang tidak pernah Aku timpakan kepada seorang pun di antara umat manusia (seluruh alam).” (Q.S. Al-Maidah : 114-115). Sebagaimana dengan pendapat yang diagungkan oleh beberapa umat yang dianggap bohong dengan beberapa mukjizat Nabi akan hancur dan rusak.
- Dalamnya pengaruh pada jiwa manusia, untuk menentukan sesuatu yang bersifat indriawi, dan ada yang mengatakan : “Tidak ada kabar seperti halnya suatu hal yang nyata.”
- Kapasitas lingkaran indriawi, untuk mengumpulkan manusia dalam berbagai macam panca indra itu tidak ada perbedaan baik yang besar atau yang kecil, yang tau dan yang tidak tahu, (bagaimana orang-orang atau perkumpulan orang pada musyawarah dilihat dari segi panca indra).
- Kebutuhan profesi yang ada dalam masyarakat berupa pengalaman dan kompetensi. Maka pengumpulan (akumulasi penyampaian) tidak diperbaiki, karena yang dibutuhkan hanya pengalaman dan kompetensi saja. Apabila penyampaian tersebut mengikuti ijtihad ulama dalam keilmuan.
Strategi indriawi ini terdapat beberapa macam pendekatan, penyampaian dalam segi kemampuan berinteraksi seseorang. Dan sebagian ulama menyandarkan strategi indriawi. Dan ada yang mengatakan strategi indriawi ini dianggap bersih (berpegang teguh dan menghapus keyakinan) atau (lebih percaya terhadap rasio atau kenyataan yang ada dibandingkan pendapat ulama). Yang dianggap bersih itu pembagian dari ketentuan strategi dakwah, dan tidak ada strategi kecuali strategi indriawi. Dan strategi indriawi ini untuk menguatkan beberapa strategi yang telah digunakan beberapa ulama. Karena secara indriawi ini terdapat aspek hati, akal, dan panca indra.

Pandangan Umum Strategi Dakwah
Pandangan umum dalam strategi dakwah, dan mengkhususkan kebutuhan umum strategi dakwah dalam kebutuhan sebagai berikut :
Pandangan umum strategi dakwah mempunyai tiga bagian dasar :
- Pandangan umum strategi dakwah pada aspek akidah
- Pandangan umum strategi dakwah pada aspek syariah
- Pandangan umum strategi dakwah pada aspek akhlak
Dan semua itu dengan tiga dasar aspek akan menjadikan dakwah islamiyah yang tetap.

1. Aspek Akidah
Pandangan umum strategi dakwah pada aspek akidah :
Diperbolehkan mengglobalkan bagian ini dalam tiga perkara :
- Menetapkan akidah yang shohih dengan jalan yang jelas yang menjauhkan dari jalan falsafah, dan bisa menjauhkan diri dari mengotak-atik kata-kata :
Maka dengan terangnya akidah islamiyah bisa menjelaskan perkara-perkara yang rumit, dan jangan meninggalkan akidah islamiyah hanya karena jalannya akal manusia yang mengakhirkan akidah islamiyah sehingga mendatangkan hal yang menjebak. Adapun perkara yang membingungkan maka jangan tinggalkan sembilan dasar perkara :
-   - Rukun Iman ada 6 (1-6) diantaranya yaitu : Iman Kepada Allah, Iman kepada Malaikat-malaikat Allah, Iman kepada Kitab-kitab Allah, Iman kepada Rasul-rasul Allah, Iman kepada hari akhir, Iman kepada qodlo dan qodar.
-    - Berhenti mengikuti hakikat manusia, dan termasuk ciptaan, alam, tugas, serta keterbasan lawan bicara dalam akidah. (7)
-   - Berhenti mengikuti hakikat alam yang nampak buruk yang begitu kuat, dari langit, bumi, matahari, bulan, dan lain sebagainya. (8)
- Berhenti mengikuti hakikat yang samar atau belum jelas, seperti halnya jin dan setan. (9)
Maka dengan menjelaskan akidah islamiyah dengan Qur’an dan sunnah pada setiap perkara menjadi lebih baik, dan bisa mendekatkan manusia dari perbedaan atau perpecahan yang ada dengan berdirinya hati, akal, dan rasa, kemudian dari falsafah materi, dan mempersulit percakapan.

Allah SWT berfirman :

“Menyembahlah kalian semua pada Tuhan kalian Yang Esa, yang tiada Tuhan kecuali Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.” (Q.S. Al-Baqarah : 163)

Allah SWT berfirman :

“Allah, tidak ada Tuhan selain Dia. Yang Maha Hidup, yang terus-menerus mengurus (makhluk-Nya), tidak mengantuk dan tidak tidur. Milik-Nya apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Tidak ada yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya. Dia mengetahui apa yang di hadapan mereka dan apa yang di belakang mereka dan mereka tidak mengetahui sesuatu apa pun tentang ilmu-Nya melainkan apa yang Dia kehendaki. Kursi-Nya meliputi langit dan bumi. Dan Dia tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Dia Maha Tinggi, Maha Besar.” (Q.S. Al-Baqarah : 255)

Allah SWT berfirman :

“Rasul (Muhammad) beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya (Al-Qur’an) dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semua beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya. (mereka berkata), “Kami tidak membeda-bedakan seorang pun dari rasul-rasul-nya.” (Q.S. Al-Baqarah : 285)

Dan demikian dari semua ayat al-Qur’an dan merupakan sebuah bentuk legalitas sumber.
- Menetapkan akidah di dalam hati atau jiwa dan kebersihan akal manusia :
Dengan mengulang-ulang strategi dakwah yang baik pada amalan yang sudah ditetapkan.
- Menjelaskan dalil yang masuk akal :

Allah SWT berfirman :

“Seandainya pada keduanya (di langit dan di bumi) ada Tuhan-Tuhan selain Allah, tentu keduanya telah binasa.” (Q.S. Al-Anbiya : 22) Dan Firman-Nya : “Allah tidak mempunyai anak, dan tidak ada tuhan (yang lain) bersama-Nya, (sekiranya tuhan banyak), maka masing-masing tuhan itu akan membawa apa (makhluk) yang diciptakannya, dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lain. Maha Suci Allah dari apa yang mereka sifatkan itu, (Dialah Tuhan) yang mengetahui semua yang gaib dan semua yang tampak. Maha Tinggi (Allah) dari apa yang mereka persekutukan.” (Q.S. Al-Mu’minun :91-92)
- Berdiskusi

Allah SWT berfirman:

“Dan dia membuat perumpamaan bagi kami dan melupakan asal kejadiannya; dia berkata, “Siapakah yang dapat menghidupkan tulang-belulang, yang telah hancur luluh?.” Katakanlah (Muhammad), “Yang akan menghidupkannya ialah (Allah) yang menciptakannya pertama kali. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala Makhluk, yaitu (Allah) yang menjadikan api untukmu dari kayu yang hijau, maka seketika itu kamu nyalakan (api) dari kayu itu.” Dan bukankah (Allah) yang menciptakan langit dan bumi, mampu menciptakan kembali yang serupa itu (jasad mereka yang sudah hancur itu)? Benar, dan Dia Maha Pencipta, Maha Mengetahui. Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu Dia hanya berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka jadilah sesuatu itu. Maka Maha Suci (Allah) yang di tangan-Nya kekuasaan atas segala sesuatu dan kepada-Nya kamu dikembalikan.” (Q.S. Ya Sin : 78-83)

Dan Firman-Nya : “Atau seperti orang yang melewati suatu negeri yang (bangunan-bangunannya) telah roboh hingga menutupi (reruntuhan) atap-atapnya, dia berkata, “Bagaimana Allah menghidupkan kembali (negeri) ini setelah hancur?” Lalu Allah mematikannya (orang itu) selama seratus tahun, kemudian membangkitkannya (menghidupkannya) kembali.” (Q.S. Al-Baqarah : 259)
- Memperbaiki akidah yang rusak dalam kehidupan manusia :
Sama halnya dengan menerangkan zat dan sifat Allah, atau di dalam akidah malaikat dan rosul, atau tentang kitab dan ayatnya, atau tentang manusia dan penciptanya, atau tentang jin dan syaiton, dari kesemuanya Allah berfirman :

“Dan mereka menjadikan sebagian dari hamba-hamba-Nya sebagai bagian dari-Nya. Sungguh, manusia itu pengingkar (nikmat Tuhan) yang nyata. Pantaskah Dia mengambil anak perempuan dari yang diciptakan-Nya dan memberikan anak laki-laki kepadamu? Dan apabila salah seorang diantara mereka diberi kabar gembira dengan apa (kelahiran anak perempuan) yang dijadikan sebagai perumpamaan bagi (Allah) Yang Maha Pengasih, jadilah wajahnya hitam pekat karena menahan sedih (dan marah). Dan apakah patut (menjadi anak Allah) orang yang dibesarkan menyenangi perhiasan sedang dia tidak mampu memberi alasan yang tegas dan jelas dalam pertengkaran. Dan mereka menjadikan malaikat-malaikat hamba-hamba (Allah) Yang Maha Pengasih itu sebagai jenis perempuan. Apakah mereka menyaksikan penciptaan (malaikat-malaikat itu)? Kelak akan dituliskan kesaksian mereka dan akan dimintakan pertanggungjawaban.” (Q. S. Az-Zukhruf : 15-19)
Dan sesungguhnya inilah tiga kebutuhan selain di atas di dalam bagian akidah yang mengukuhkan :
- Menyalinkan dengan jalan ketuhanan di dalam mengulang akidah dan menetapkan akidah, dan menjauhkan dari jalan berbahasa ucapan yang membenarkan perkara yang belum jelas, dan perkara yang masih perlu dipertanyakan, sehingga dari perkara tersebut bisa menghilangkan akidah.
- Mengambil faedah dari kebutuhan tiga yang umum, tidak hanya mengambil satu akidah, maka wajib menetapkan akidah yang baik dari awalnya, menetapkan akidah dan memperbaiki akidah, amal bisa membatalkan akidah yang rusak dari perbuatan.
- Mewarnai beberapa tulisan di dalam perkara akidah menurut arah atau tujuan semua orang-orang yang terlibat atau belajar, dan menyadarkan perbedaan kebutuhan pada perguruan pendidikan, maka wajibnya dari kitab kecil mencukupi kitab besar yang dikhususkan, dan diantara keduanya.
Pasti dari tulisan yang meneliti atau dari segi penelitian akan mementaskan semua keluhuran, dan menumpulkan diantara penghubung antara akal, penglihatan, dan amal.

2. Aspek Syariah
Yaitu gambaran umum untuk metode-metode dakwah pada aspek syariah. Memungkinkan perluasan aspek ini dalam tiga perkara dasar, yaitu :
- Penetapan metode ketetapan Allah untuk ibadah
- Penetapan sesuatu yang tidak kontra terhadap ketetapan hukum syariah atau aspek-aspek yang bertentangan dengan muamalah
- Meletakkan ushul qawaid secara umum untuk aturan hukum-hukum syariah seperti perluasan bidang-bidang untuk ijtihad dalam aplikasi praktik nyata atau lapangan.
Penerapan metode ketetapan Allah SWT dan teknis-teknisnya untuk ibadah :
Tatkala berhubungan dengan Allah SWT, memerlukan proses ijtihad hukum syariah, maka seseorang terkadang memperbaiki metodenya yang mengatur hubungan Allah dengan manusia. Karena peletakan metode yang bagus memerlukan pengetahuan dan pengalaman dengan dua sisi yang berbeda. Tetapi seorang hamba tidak bisa mendeskripsikan peletakan metode untuk berhungan dengan Allah Swt.
Sahabat berusaha menentukan atau memilih metode sebagian ibadah. Ketika mereka membahas ibadah Rasulullah dan menjustifikasinya dengan ampunan dosa-dosa rasul. Salah satu sahabat berkata : “adapun saya akan shalat malam selalu. Dan yang lain berkata : dan saya akan berpuasa selalu atau selamanya tanpa berbuka. Dan yang lain berkata juga : dan saya akan menjauhi wamita-wanita dan berjanji tidak akan menikah. Rasulullah menyangkal metode dan pendapat-pendapat mereka, diantara mereka terdapat metode yang benar, Rasul berkata : barang siapa yang membenci sunnah-sunnahku, ia bukan termasuk golonganku.” (H.R. Mutafaqun Alaih).
Ketika Abdullah bin Amr menyukai ibadah atau senang memperbanyak ibadah dan memaksa dirinya dengan metode yang keras dan menekan. Abdullah berkata : “Demi Allah, sungguh saya akan puasa siang hari, bangun malam untuk beribadah selagi saya hidup dan tubuh saya maksimalkan untuk ibadah. Rasulullah bersabda : jangan lakukan itu, puasalah dan kemudian berbukalah. Serta tidurlah kemudian bangunlah karena jasadmu juga mempunyai hak istirahat, matamu juga mempunyai hak untuk istirahat. Dan istrimu mempunyai hak atasmu.” (Hadits)
Dalam Al-Qur’an disebutkan penyangkalan Allah Swt terhadap orang-orang yang mensyariatkan dirinya sendiri. Allah Swt berfirman :
“Apakah mereka mempunyai sesembahan selain Allah yang menetapkan atauran agama bagi mereka yang tidak diizinkan (diridai) Allah? Dan sekiranya tidak ada ketetapan yang menunda (hukuman dari Allah) tentulah hukuman di antara mereka telah dilaksanakan. Dan sungguh, orang-orang zalim itu akan mendapat azab yang sangat pedih.” (Q.S. Asy-Syura : 21)
Dan firman-Nya :
“Allah tidak pernah mensyariatkan adanya Bahirah, Sa’ibah, Washilah, dan Ham. Tetapi orang-orang kafir membuat-buat kedustaan terhadap Allah, dan kebanyakan mereka tidak mengerti.” (Q.S. Al-Ma’idah : 103)
Metode ketetapan Allah dalam aspek ibadah mencakup metode teknis dan media.
Perihal kedua :
Menerima hukum yang tidak menyalahi kontra ketetapan hukum syariah atau bisa disebut tujuan syariah, terjadinya kerusakan pada aspek muamalah (hubungan manusia dengan manusia, manusia dengan Tuhan).
Ulama telah menjelaskan ketetapan hukum syariah Islam dalam berbagai kesempatan, dan diringkas oleh Imam Syatibi di dalam kitabnya, beliau berkata :
“Beban muatan syariah kembali untuk menjaga ketetapan hukum syariah pada makhluk, dan ketetapan hukum syariah tidak menyalahi tiga macam di bawah ini : Pertama, yaitu keperluan mendesak kepentingan yang wajib. Kedua, yaitu keperluan menjadi kebutuhan. Ketiga, yaitu keperluan menjadi kebaikan.
Adapun makna dari keperluan mendesak, maknanya adalah wajib menjaga kemaslahatan agama dan dunia. Dalam hal ini menjaga dua perkara : pertama, melaksanakan rukun-rukunya dan menetapi aturan-aturannya. Kedua, menghindari kekacauan atau ketidakseimbangan. Dan rangkaian dalam keperluan mendesak menjaga agama, jiwa, keturunan, harta benda, dan akal pikiran. Adapun makna kedua yang dibutuhkan adalah membutuhkan perluasan. Adapun makna yang ketiga yang kebaikan adalah mengambil apa yang sesuai dengan adat istiadat yang positif, serta menjauhi perkara-perkara yang negatif. Tiga hal di atas berlaku dalam hal ibadah adat istiadat, muamalah, dan hukum pidana.
Interaksi apapun tidak menyalahi ketetapan hukum syariah (hukum yang berlaku) dan tidak terjadi kerusakan. Pada bab interaksi pergaulan yang sudah dibenarkan oleh Islam. Atau menyebabkan kontroversi antar kedua pihak yang berinteraksi dengan yang diharamkan oleh syariah dan dicegahnya.
Dan tinjauan pemeriksaan pada bab ini di dalam kitab-kitab fiqih dan jedah terhadap jual beli yang salah maupun yang benar, memuatkan gambaran seperti yang telah ditetapkan Islam, solusi jual beli, perdagangan, dan berbagai macam kerja sam, haramnya riba dan mencegah jual beli yang menipu dan lain-lain.
Rasulullah Saw bersabda : “Barang siapa yang menghutangi buah atau produk, maka hutangi sesuai takaran umum yang jelas, timbangan umum yang jelas atau dapat dipahami.”
Dari aspek yang ketiga :
Yaitu menempatkan kaidah-kaidah dasar secara umum terhadap mayoritas hukum syariah, dan perluasan bidang untuk ijtihad dalam mengaplikasikan dan cabang-cabang hukum, apakah dasar spesifik dari hukum syariah.

3. Aspek Akhlak
Pandangan umum untuk strategi dakwah dalam aspek akhlak dan pengglobalan karakteristik yang umum dari segi akhlak itu sebagai berikut :
- Menjelaskan akhlak yang bagus dan memberikan ketentuan terhadapnya, seperti jujur, adil, dan amanah.
- Yakni menjelaskan akhlak yang buruk dan memberikan ketentuan terhadapnya, seperti berbohong dan berkhianat.
- Menaruh batasan-batasan atau strandart yang tetap agar akhlak yang bagus itu dapat diketahui, misalnya :
a. Rasulullah Saw bersabda : “sebuah kebagusan adalah akhlak yang baik, dan dosa mengganjal di dalam diri kita, dan kita benci ketika manusia itu mengetahuinya.”
b. Rasulullah Saw bersabda : “Maka tidak sempurna iman sesorang sehingga ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri.”
c. Allah menjadikan Rasulnya sebagai suri tauladan untuk orang mukmin, dan memberikannya sifat sehingga Rasulullah mempunyai akhlak yang agung. Seperti dalam firman Allah Swt : “Sesungguhnya engkau memiliki akhlak yang agung.”
- Mengajak untuk memperbaiki akhlak dan bersungguh-sungguh untuk mencetak akhlak tersebut.

Analisis Kitab Al-Madkhal Ila Ilmi Dakwah
Strategi dakwah yang dikemukakan al-Bayanuni dalam kitab ini dapat diterapkan dalam aktifitas dakwah berdasarkan situasi dan kondisi objektif lokasi maupun sasaran dakwah. Kondisi objektif mad’u mengisyaratkan bawasannya topik maupun metode dakwah harus berbeda-beda berdasarkan perbedaan orang yang didakwahi maupun lokasi tempat berdakwah. Dengan demikian menurut penulis kitab ini sangat direkomendasikan bagi setiap muslim baik laki-laki maupun perempuan yang sedang dan akan melaksanakan maupun ingin mendalami ilmu dakwah. Kitab ini juga sangat direkomendasikan bagi pendakwah profesional, dikarenakan dalam beberapa bab dalam kitab ini membahas dengan jelas dan secara rinci mengenai strategi atau metode yang digunakan dalam berdakwah.
Dakwah yang sejatinya untuk mempengaruhi orang lain agar berubah ke arah yang lebih baik (positif) merupakan sebuah perbuatan atau perilaku yang sangat mulia, dikarenakan hal tersebut tidak hanya bermanfaat bagi diri pribadi pendakwah tapi juga berdampak terhadap orang lain maupun kehidupan umat secara luas. Dengan adanya kajian-kajian Islam mengenai ilmu dakwah seperti yang tertuang dalam kitab ini, diharapkan nantinya kegiatan atau aktifitas berdakwah ini bisa dilakukan dengan baik dan maksimal sehingga bisa mengena dan tepat sasaran serta sesuai dengan target yang diharapkan.
Oleh karena itu, aktifitas atau kegiatan berdakwah ini tidak dapat dilaksanakan dengan asal-asalan dan apa adanya. Melainkan harus benar-benar dikonsep, disiapkan, dan direncanakan dengan matang. Selain itu juga diperlukan pemahaman mengenai langkah-langkah metode atau strategis yang perlu dipelajari dan dipertimbangkan. Karenanya buku karangan al-Bayanuni ini menjelaskan secara kompleks dan detail mengenai strategi dan metode-metode yang harus diketahui pendakwah sebelum benar-benar terjun ke lapangan untuk langsung bersinggungan dengan audience. Tanpa adanya pengetahuan tentang strategi dan metode dalam berdakwah, maka dakwah yang disampaikan pun akan kurang maksimal dalam menyampaian dan terkesan kurang tepat sasaran sehingga akan jauh melenceng mengenai target yang harus dicapai dalam dakwah tersebut.
Menurut al-Bayanuni dalam kitab al-madkhal ila ilmi dakwah ini strategi atau metode dakwah tersebut meliputi strategi pemilihan dan penerapan metode, penggunaan media atau sarana, dan memperhatikan aspek potensi yang dimiliki oleh pendakwah maupun yang didakwahi sehingga bisa tepat sasaran sesuai dengan yang dibutuhkan. Pada kitab ini dijelaskan strategi tentang dakwah yang difokuskan pada aspek hati dan disampaikan dengan kelembutan serta kalimat yang baik, memotivasi serta menginspirasi. Selain itu juga dijelaskan mengenai strategi atau metode dakwah yang menggunakan aspek akal pikiran dan indrawi (panca indra).

19 Responses to "Strategi Dakwah Al-Bayanuni dalam Kitab Al-Madkhal Ila Ilmi Dakwah (Diterjemahkan dari Halaman 204 – 240)"

  1. Ini subhanallah, perlu dicontoh jarang lho penerjemah yang kreatif seperti mas ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih banyak mas sudah berkunjung dan membaca, salam!

      Hapus
  2. Pembahasan yang menarik, detail dan jelas. Semoga bermanfaat

    BalasHapus
  3. Santri sejati!!

    Pembahasan kitab Al-bayyanuni sungguh menarik untuk di kaji & di jadikan Refrensi keilmuan kita sebagai da'i.

    Mantap mas!

    #salamaksarajuga
    hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. terimakasih banyak sudah mampir dan membaca, salam!

      Hapus
  4. Your article encourages readers to learn more and more. So inspiring and supportive. Increase it, thx

    BalasHapus
  5. Mantap gan!! Terus lanjutkan berkarya!!!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih banyak mas sudah berkunjung dan membaca, salam!

      Hapus
  6. Wah.. artikel yang bagus. Bisa jadi refrensi gimana strategi yang bagus untuk berdakwah 😊... trimakasih kakak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih banyak mas sudah berkunjung dan membaca, salam!

      Hapus
  7. Balasan
    1. Makasih banyak sudah berkunjung dan membaca, salam!

      Hapus
  8. masyaAllah,,,,insya Allah bermanfaat banget

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih banyak sudah berkunjung dan membaca, salam!

      Hapus
  9. Assalamualaikum Min, untuk bukunya apakah ada ?

    BalasHapus
  10. Assalamualaikum , boleh saya tanya kalau-kalau terjemahannya ada yang full ?

    BalasHapus
  11. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh, izin tanya kak adakah buku terjemahannya kak?

    BalasHapus

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel