-->

Pembelajaran Atletik melalui Aktivitas Tolak Peluru

fikriamiruddin.com - Tolak peluru sendiri merupakan olahraga yang sudah ada sejak zaman Yunani kuno. Hanya saja, saat itu bentuk dan tata cara olahraga tolak peluru ini berbeda dengan yang kita kenal saat ini. Bahkan, beberapa ahli menyebut saat itu olahraga tolak peluru disebut dengan lempar beban. Namun, tidak ada cacatan sejarah mengenai bentuk atau bahkan jenis beban persisnya yang digunakan pada saat itu.

Tolak Peluru

Meskipun demikian, olahraga tolak peluru ini merupakan salah satu jenis latihan perang yang dilakukan oleh para prajurit Troya yang kemudian dipertandingkan. Pada abad ke-1 di Skotlandia, pernah ditemukan jejak diadakannya kompetisi lempar beban. Kemudian pada abad ke-16 di Inggris, Raja Henry ke VIII juga menyelenggarakan pertandingan yang semacam lempar beban, lempar palu, atau lempar batu.

Sedangkan kompetisi tolak peluru yang pertama kali terdokumentasikan adalah kompetisi di Skotlandia sebagai salah satu bagian dari The British Amateur Championships pada tahun 1866. Pada saat itu, olahraga ini mulai digemari khususnya di negara-negara Eropa dan menjadi salah satu nomor atletik yang dipertandingkan dalam olimpiade modern pertama di Yunani pada tahun 1896.

Tolak peluru adalah salah satu cabang olahraga melempar dalam atletik di mana seorang atlet atau pelempar akan melempar sebuah bola besi sejauh mungkin dari titik lempar menuju titik pendaratan dengan menggunakan teknik tertentu dan aturan main yang telah ditetapkan. Olahraga tolak peluru ini bisa dilakukan di lapangan dalam ruangan maupun di luar ruangan sekalipun.

Sebagai salah satu olahraga cabang lempar dalam atletik, tolak peluru adalah satu-satunya yang bisa dilakukan di lapangan indoor sebab tidak seperti lempar cakram. Hal itu lantaran tolak peluru tidak membutuhkan area pendaratan peluru yang luas, sebab sejauh ini belum ada atlet yang sanggup melempar hingga melebihi jarak 25 meter.

Dalam hal ini, tolak peluru merupakan salah satu olahraga berat yang tidak bisa dilakukan sembarangan, meski olahraga ini terkesan sepele, yakni hanya melakukan tolakan bola besi. Namun, kebanyakan juara dunia baik untuk kelas pria maupun wanita memiliki postur tubuh yang cukup besar dan memiliki energi yang kuat untuk melakukan tolakan. Meskipun banyak juga atlet tolak peluru yang memiliki postur tubuh yang ideal alias sedang.

Baca Juga: Pembelajaran Atletik melalui Aktivitas Jalan Cepat

Dalam olahraga tolak peluru, faktor penentu dalam olahraga tolak peluru secara umum ada 2, yakni secara teknik dan postur tubuh atlet. Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa atlet yang memiliki badan cukup besar cenderung memiliki energi yang besar juga. Namun, bukan berarti atlet atau pelempar bertubuh sedang atau kecil tidak bisa melakukannya. Apabila tolak peluru ini dilakukan dengan teknik yang baik, maka tidak menutup kemungkinan hasil tolakan seseorang akan lebih jauh.

Dalam olahraga tolak peluru, terdapat beberapa aturan yang tidak boleh dilanggar oleh para atlet atau pelempar. Poin peraturan tolak peluru tersebut di antaranya sebagai berikut. Pertama, atlet boleh memasuki lingkaran tolakan dari arah mana saja, biasanya para atlet memilih untuk masuk lingkaran dari sisi belakang dan samping. Kedua, atlet tolak peluru hanya memiliki waktu 60 detik untuk menyelesaikan pertandingan setelah nama seorang atlet dipanggil.

Ketiga, atlet tidak diperkenankan menggunakan sarung tangan, namun masih boleh menggunakan pelindung ruas jari (taping) selama pertandingan. Keempat, atlet harus menahan peluru dengan menggunakan lehernya selama ia melakukan gerakan untuk tolakan. Kelima, peluru harus dilontarkan hanya dengan menggunakan satu tangan dengan posisi lebih tinggi dari baru.

Keenam, atlet hanya boleh melakukan gerakan tolakan di dalam lingkaran saja, ia menyentuhkan kakinya sedikit saja di luar batas lingkaran, maka ia dinyatakan diskualifikasi. Ketujuh, peluru harus mendarat pada sektor area pendaratan yang disediakan (34.92 derajat). Kedelapan, atlet harus meninggalkan lingkaran setelah melakukan lemparan hanya dengan melewati sisi lingkaran bagian dalam.

Kesembilan, atlet hanya boleh meninggalkan lingkaran setelah peluru mendarat. Lapangan tolak peluru sendiri cukup mirip dengan lapangan lempar cakram, namun bisa dibedakan dari adanya papan batas tolakan yang terdapat pada lingkaran tolak peluru. Lapangan tolak peluru terbagi menjadi dua, yakni sektor pendaratan dan lingkaran tolakan. Sektor pendaratan berupa tanah yang ditandai dengan garis batas (sector line) sekaligus garis ukur standard yang berada di tengah area sektor pendaratan.

Baca Juga: Permainan Bola Kecil melalui Aktivitas Permainan Softball

Panjang dari sektor ini minimal 25 meter dengan sudut 40 derajat. Lingkaran tolakan sendiri memiliki diameter 2,235 meter yang dikelilingi dengan ring besi dengan ketebalan 66 mm dan tinggi 2 cm yang berfungsi sebagai batas lingkaran. Pada bagian depan lingkaran ini dipasang balok batas tolakan dengan ukuran panjang 1,22 meter setinggi 10 cm dengan ketebalan 11,4 cm.

Untuk bisa bermain tolak peluru yang kita perlukan di antaranya adalah alat pengukur, bendera, peluit, dan bola besi. Besar bola sendiri disesuaikan dengan jenis lapangan yang digunakan. Biasanya lapangan indoor akan menggunakan bola yang ukuran sedikit lebih kecil dibandingkan lapangan outdoor. Bola peluru ini bisa dibuat dari bahan berupa pasir, besi, logam solid, stainless steel, material sintetis, dan polyvinyl.

Mungkin cukup sekian pembahasan kali ini, silahkan baca juga: Permainan Bola Kecil melalui Aktivitas Permainan Tenis Meja. Terima kasih banyak dan semoga bermanfaat.

0 Response to "Pembelajaran Atletik melalui Aktivitas Tolak Peluru"

Posting Komentar

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel