-->

Pengertian Baik dan Buruk dalam Islam

fikriamiruddin.com - Kata “baik” dan “buruk” mengandung pengertian value (nilai). Dalam artian, kedua kata tersebut berfungsi sebagai keterangan kualitas, sebab merupakan kata sifat yang bertugas menjelaskan atau menilai sesuatu. Dalam konteks ini, sesuatu yang disifati atau dinilai adalah perilaku, tindakan, atau perbuatan akhlaki manusia, dan sebab sifat-sifat batin manusia tidak dapat diamati secara empirik, maka perilaku dzahir yang berupa perbuatan, tingkah laku, dan atau kelakuanlah yang menjadi objek penilaian etika.

Baik dan Buruk

Secara harfiah, kata “baik” berarti bagus, memuaskan, dan salut. Sebaliknya, kata “buruk” berarti jelek dan tidak memuaskan. Kata “baik” dapat disinonimkan dengan kata “khayr”, “hasan”, dan juga “jayyid” dalam bahasa Arab; dengan kata “good” dan “fine” dalam bahasa Inggris. Secara leksikal, sebagaimana terdapat dalam beberapa kamus, kata “baik” dan “buruk” memiliki banyak pengertian.

Dalam al-Munjid: 198, baik merupakan sesuatu yang mencapai kesempurnaan; sesuatu yang bernilai sebagaimana yang diharapkan, sehingga memuaskan; dalam The Advenced Learner’s Dintionary, 430, baik yaitu sesuatu yang bernilai sebagaimana yang diharapkan, sehingga memuaskan; juga dalam Webster World University Dictionary, 401, baik merupakan sesuatu yang sesuai dengan keinginan.

Sedangkan buruk merupakan sesuatu yang di bawah standar yang diharapkan, tidak disukai, jelek, dan tidak menyenangkan perasaan. Dalam New Twentieth Century Dictionary of English Language: 138, buruk yaitu sesuatu yang keji, jahat, tidak menyenangkan, ditolak, dan tidak disukai oleh perasaan yang sehat; sedangkan dalam The Advenced Learner’s Dictionary of Current English: 63, buruk yaitu sesuatu yang bertentangan dengan norma yang berlaku atau sesuatu yang jelek dan tercela. Ini juga dikuatkan dalam Ensiklopedi Indonesia I: 557.

Definisi-definisi leksikal mengenai baik dan buruk di atas tampaknya beragam makna yang dapat dimaksudkan, namun dapat diambil pengertian pokoknya, bahwa baik merupakan sesuatu yang berkualitas, bermutu, dan bernilai sesuai dengan harapan, memuaskan, dan menyenangkan. Sedangkan buruk merupakan sesuatu yang jelek, tidak memenuhi standart dan harapan, sehingga tidak dapat memuaskan, atau sehingga membuat perasaan menjadi kecewa dan sedih.

Baca Juga: Persamaan dan Perbedaan antara Akhlak, Etika, Moral, dan Susila

Tampaknya, definisi secara leksikal di atas tidak memberikan pemahaman yang universal-obyektif, dan bahkan masih menyisakan ruang subjektifitas. Oleh sebab itu, patut dicermati definisi-definisi mengenai baik dan buruk tersebut secara terminologis. Menurut terminologi etika (filsafat moral), konsep baik menunjukkan sesuatu yang bernilai bagi terwujudnya sebuah tujuan.

Sedangkan konsep buruk adalah sesuatu yang tidak berharga, tidak berguna untuk suatu tujuan, sehingga merugikan, sebab menyebabkan tercapainya tujuan tersebut. Dalam perspektif etika, kata baik dikonotasikan dengan kebahagiaan, yakni suatu kondisi di mana segala sesuatu yang diharapkan sudah terpenuhi, tidak ada kekurangan apa pun. Jadi, tujuan yang diinginkan sudah tercapai, sehingga membuahkan rasa senang dan bahagia (happiness).

Dalam konteks ini, etika melihat semua manusia memiliki tujuan yang sama, yakni kebahagiaan yang dalam bahasa Arabnya adalah as-sa’adah. Dengan pengertian seperti itu, maka konsep baik dan buruk dapat dipahami secara universal-objektif. Dalam artian, semua manusia dapat menemukan konsep baik dan buruk tersebut secara nyata, menemukan konsep baik umum atau kebaikan tertinggi yang dalam bahasa latin disebut dengan Summum Bonum.

Dan dalam bahasa Arab dikenal dengan al-khayr al-kulliy. Menurut ibn Miskawayh, kebaikan itu adakalanya berupa perantara, dan adakalanya bersifat tujuan akhir. Misalnya olah raga merupakan sarana untuk memperoleh kesehatan, dan dengan adanya sehat, seseorang dapat merasa enak dan lapang, dan tanpa keluhan-keluhan. Dengan demikian, olah raga merupakan kebaikan, sebab dapat menyebabkan atau mendatangkan sehat.

Baca Juga: Pengertian Etika Moral dan Susila

Oleh karenanya, sehat itu kebaikan perantara (mediare good) untuk mencapai sesuatu yang dituju, dan ini pun mendatangkan rasa bahagia (dalam Bahasa Arab: sa’adah). Kemudian selanjutnya, sehat itu sendiri, dapat juga didudukkan sebagai sarana untuk mencapai kebaikan yang lebih tinggi dan puncak lagi, yakni kesentausaan sebagai kebaikan umum sebagaimana diuraikan di atas.

Mungkin cukup sekian pembahasan kali ini, silahkan baca juga: Hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu Pendidikan dan Filsafat. Terima kasih banyak dan semoga bermanfaat.

0 Response to "Pengertian Baik dan Buruk dalam Islam"

Posting Komentar

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel